"Kita harus memperhatikan lebih jeli ketika kita bicara tentang produksi minyak dan sanksi atas penjualan minyak. Siapa pemenang dan siapa yang kalah akibat sanksi tersebut?" kata Shamseddin Hosseini dalam wawancara di 'Fareed Zakaria GPS' yang tayang di CNN kemarin.
"Pastinya sangat sulit. Tapi bukan hanya bagi Iran. Kita bisa pastikan akan ada peningkatan berarti dalam harga minyak mentah dunia. Nah, sekarang apakah ini pendekatan terbaik yang bisa dilakukan?" kata Hosseini, dikutip dari CNN, Senin (21/5/2012).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perjalanan Amano menimbulkan spekulasi kalau Iran mungkin akan bersedia memberikan akses bagi para petugas inspeksi IAEA untuk membuktikan apa benar Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Perbincangan ini muncul di saat kritis Iran yang ekonominya hancur akibat sanksi dari PBB, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Sekitar 80% pendapatan asing Iran diperoleh dari ekspor minyak dan embargo oleh Uni Eropa yang rencananya berlaku per Juli akan menghancurkan ekonomi Iran lebih parah lagi. Namun Hosseini mengatakan, embargo juga akan melukai Uni Eropa yang kolaps akibat krisis ekonomi.
"Salah satu dampaknya, harga minyak naik melewati US$ 100 per barelnya. Bahkan IMF mengatakan, mungkin bisa mencapai US$ 160 per barelnya,β kata Hosseini.
Lebih lanjut, Hosseini mengindikasikan bahwa Iran rela mengabaikan program nuklirnya yang sudah dirawat konsisten untuk pengembangan energi alternatif.
Iran menemui IAEA untuk pertama kalinya dalam tiga bulan di Vienna, Austria pekan lalu dan akan bertemua lagi hari ini. Akhir pekan lalu, Iran melanjutkan perbincangan tentang program nuklirnya dengan P5+1, perkumpulan negara-negara berkuasa di dunia yaitu AS, Perancis, Rusia, China, Inggris dan Jerman.
Di bulan Maret, IAEA menemukan ada peningkatan tajam dalam kapabilitas penambahan uranium Iran. AS dan sekutunya mencurigai Iran sedang menghindari inspeksi internasional dan mengembangkan senjata nuklir. Sebagai hukumannya, negara-negara Barat mengenakan sanksi pada Iran.
Tekanan mengenai program nuklir ini bergulir hingga ke Timur Tengah ketika Iran mengancam menutup jalur pelayaran minyak penting, Selat Hormuz jika sanksi dikenakan pada ekspor minyak mentahnya.
Sementara Israel mengatakan mungkin akan menyerang Iran sebagai upaya mencegah mereka mengembangkan senjata nuklir. Saat ketegangan mencapai puncaknya, harga minyak melambung ke USD 110 per barelnya. Minggu lalu, harga minyak berada di US$ 92,50 per barel.
(ang/ang)