Hal ini disampaikan oleh Anggota Komite Badan Pengatur Kegiatan Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) Ibrahim Hasyim saat dihubungi, Selasa (23/10/2012).
"Inikan bisnis biasa, pertimbangan bisnis mereka buka SPBU di Indonesia karena perkiraannya harga BBM (subsidi) di Indonesia menjadi harga keekonomian. Jadi kalau harganya keekonomian dia (Petronas) bisa hidup, tapi ternyata mereka lihat BBM-nya nggak jadi naik-naik, makanya ditutupin satu-satu," kata Ibrahim.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, kata Ibrahim, jumlah BBM subsidi yang beredar di Indonesia masih sebesar 60%, sementara BBM non subsidi 30%.
"BBM di Indonesia saat ini 60% konsumsinya masih disubsidi. Terkait banyaknya SPBU Petronas ditutup, tidak akan berpengaruh pada penyaluran BBM subsidi di mana Petronas tercatat sebagai salah satu badan usaha penyalur BBM subsidi, pasalnya pemerintah baru membayar penyaluran BBM subsidi jika sudah disalurkan," jelasnya.
Bahkan dikatakan Ibrahim, kalaupun Petronas cabut dari Indonesia, bagi BPH Migas tidak menjadi permasalahan. Pasalnya lokasi SPBU Petronas tentunya akan diincar badan usaha lainnya, termasuk Pertamina.
"Pertamina juga bisa berminat untuk mengambil alih SPBU Petronas kalau mau, tidak ada msala, inikan hanya bisnis semata," cetusnya.
(rrd/dnl)