Ini Dia Elpiji Malaysia yang Jadi Favorit Warga Perbatasan RI

Ini Dia Elpiji Malaysia yang Jadi Favorit Warga Perbatasan RI

- detikFinance
Senin, 06 Jan 2014 15:51 WIB
Pontianak - Ketidakpastian harga elpiji 12 kilogram (kg) membuat konsumen beralih serbu elpiji 3 kg, sehingga stoknya langka di Kalimantan Barat. Uniknya, warga yang berada di perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat justru tidak terusik dengan dampak kenaikan harga gas ini.

"Sejauh ini masih normal, pasokan gas tetap lancar, terutama gas Petronas asal Serawak Malaysia yang dibeli masyarakat di perbatasan sesuai aturan Sosek Malindo (Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia)," ujar warga Balai Karangan 2, Daniel saat dihubungi detikFinance, Senin, (6/1/2014).

Saat ini, harga gas 12 kilogram buatan Pertamina dipatok mulai harga Rp 125 ribu hingga Rp 150 ribu. Sedangkan harga gas 3 kilogram, mencapai Rp 22 ribu per tabungnya di wilayah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara harga gas elpiji buatan Malaysia seberat 14 kilogram dipatok harga mulai Rp 150 ribu hingga Rp 160 ribu.

"Jika terjadi kenaikan maka di eceran gas 12 kg sampai Rp 180 ribu, karena itu masyarakat perbatasan cenderung pilih elpiji Malaysia yang jauh lebih murah," ungkapnya.

Apalagi sampai saat ini sejumlah agen elpiji di perbatasan tidak menambah stok, bahkan mengurangi stok gas di tokonya karena menunggu kepastian kenaikan harga gas elpiji dari pemerintah.

"Untuk elpiji Malaysia banyak di pasaran, sedangkan elpiji lokal minim. Selain mudah didapat, harga murah dan kapasitasnya lebih banyak," tegasnya.

Stok Elpiji 3 Kg di Pengecer Mulai Kosong

Stok elpiji 3 kg di tingkat pengecer di Pontianak, Kalimantan Barat, mulai kosong. Hal ini merupakan buntut dari kenaikan harga elpiji 12 kg.

"Harga gas elpiji 3 kg sekarang sudah mencapai Rp 18 ribu, ini pun sampai sekarang stok sudah kosong, lihat saja tabung-tabung ini kosong semua," kata pedagang barang kelontong, Aling, kepada detikFinance.

Tak hanya sulit didapat, pedagang juga menerima keluhan konsumen karena dituduh menumpuk gas untuk mencari keuntungan.

"Ini yang kadang susah, masyarakat tahunya stok ada, walaupun harga tinggi tetap dibeli. Yang kasihan pedagang makanan ringan, tentu pasti kelimpungan akibat ketiadaan stok ini," terangnya.

Sementara, Junior Sales Eksekutif Pemasaran Pertamina Rayon VI Kalimantan Barat, Aditya Agung A, mengatakan ketiadaan gas 3 kg ini akibat imbas terjadinya kenaikan harga gas elpiji 12 kilogram, sehingga gas 3 kg yang disubsidi pemerintah terdongkrak naik.

Selain itu, penyebabnya adalah terjadinya aksi spekulan yang melakukan pembelian besar-besaran gas elpiji 3 kg atau istilahnya aksi borong (panic buying).

"Stok tetap aman, walaupun ada kenaikan harga, untuk gas 12 kg tidak ada kenaikan permintaan, dan cenderung stabil, tapi yang tinggi adalah permintaan gas 3 kg," ungkap Aditya.

Saat ini harga gas elpiji 3 kg di tingkat pengecer bervariasi mulai Rp 16 ribu per tabung hingga Rp 20 ribu per tabung. Tak ayal, naiknya harga gas elpiji ini membuat para pelaku usaha mikro menjerit.

(ang/ang)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads