Ini 'Ancaman' Baru AS Untuk Indonesia di Sektor Migas

Ini 'Ancaman' Baru AS Untuk Indonesia di Sektor Migas

- detikFinance
Jumat, 10 Jan 2014 17:03 WIB
Jakarta - Saat ini hampir 50% produksi gas bumi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) diekspor ke luar negeri seperti Jepang, Korea dan lainnya. Namun besarnya ekspor LNG Indonesia ini bisa terancam oleh Amerika Serikat (AS), kok bisa?

Kepala Bidang Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro mengatakan, saat ini AS sedang kelebihan pasokan gas.

"Amerika sekarang itu surplus gas, mereka banyak sekali produksi gas, sehingga harga gas di sana dulunya US$ 15 per mmbtu, sekarang cuma US$ 3 per mmbtu," ungkap Elan kepada detikFinance, Jumat (10/1/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Elan mengungkapkan, murah dan surplusnya gas di AS karena negara Paman Sam tersebut telah berhasil mengembangkan teknologi energi baru bernama shale gas.

"Mereka berhasil kembangkan shale gas, mereka sudah mulai mengembangkan shale gas ini sejak 15-20 tahun lalu, kalau kita baru saja mau mulai," ujarnya.

Shale gas adalah gas alam yang terdapat di dalam batuan shale atau batu lunak yang kaya akan minyak atau gas.

Akibat murahnya harga gas dan berlimpahnya pasokan gas bumi dari shale gas Amerika Serikat, sangat dikhawatirkan Amerika akan mengekspor gas tersebut dalam bentuk LNG, sama seperti yang dilakukan Indonesia.

"Harga gas LNG ekspor kita saat ini sangat baik, harganya US$ 15 per mmbtu, dengan surplusnya gas di Amerika, sangat dimungkinkan Amerikan akan mengekspor dalam bentuk LNG, ini sudah kita peringatkan para perusahaan eksportir LNG di dalam negeri agar segera mengantisipasi jika itu terjadi, karena harga gas Amerika bisa jauh lebih murah," tutupnya.

Berdasarkan data SKK Migas, tahun 2013 Indonesia mengekspor 47,9% produksi gas buminya. Sementara pendapatan negara dari gas bumi tahun lalu mencapai US$ 12,358 juta.

(rrd/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads