Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menjelaskan, diversifikasi energi perlu anggaran besar. Tapi apa daya, anggaran pemerintah habis untuk mensubsidi BBM yang mencapai Rp 250 triliun.
"Kita punya banyak rencana untuk pemanfaatan energi lain, biodiesel, ada pemanfaatan pembangkit dengan energi terbarukan, air angin dan sejenisnya. Ada konversi BBM ke BBG. Tapi itu tidak berjalan karena nggak punya space dana. Karena habis untuk subsidi," ungkap Askolani pada acara diskusi perminyakan di kantor pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (31/2/2014)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Β
"Tidak mungkin uang kita habis untuk mensubsidi BBM terus. Harus ada effort yang sistematis dijalankan," ujarnya.
Untuk biodiesel memang sudah ada titik cerah. Beberapa waktu yang lalu, Askolani menuturkan pemerintah bersama Pertamina sudah bertemu dengan kalangan pengusaha. Agar ada percepatan untuk pemanfaatan biodiesel pada minyak solar.
"Kita coba pacu supaya suplai biodiesel dari dalam negeri. Kmeudian untuk jangka panjang. Agar mau berinvestasi di biodiesel dan kita akan kurangi impor minyak juga," kata Askolani
Subsidi yang besar berawal dari harga BBM yang masih jauh lebih murah dari keekonomiannya. Premium dijual Rp 6.500 dan solar dengan harga Rp 5.500. Harga yang murah memacu konsumsi BBM terus meningkat. Sehingga anggaran subsidi terus membengkak.
(mkl/dnl)











































