"Kami bukan tidak mau (bangun kilang), tapi kami tidak punya keuangan dari sisi refinery (kilang)," ungkap Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, Pertamina tidak mampu membangun kilang minyak sendiri, karena dana yang diperlukan sangat besar yakni mencapai US$ 10 miliar atau sekitar Rp 10 triliun untuk satu unit kilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itu, pemerintah menawarkan kepada investor yang berminat membangun kilang di Indonesia. Dia juga meminta jangan dipermasalahkan mengapa harus di Singapura.
"Makanya kita perlu cari investor yang mau bangun, terserah nanti jika Pertamina berminat untuk ikut di dalam proses pembangunan kilang tersebut, dan tidak perlu juga dipermasalahkan menawarkannya mau di Singapura, negara lain atau dalam negeri, yang penting tujuannya kilang terbangun," ungkap Hatta.
Hatta mengakui, banyak investor kilang yang berminat bangun kilang di Indonesia meminta keringanan pajak dan fiskal yang tidak masuk akan bahkan melanggar undang-undang.
"Mereka kadang minta tax holiday yang tidak masuk akan hingga 30 tahun, sementara aturan perundang-undangan kita tidak sampai selama itu, bahkan sudah minta 30% tax holiday, mereka minta lagi keringanan pajak badan 5% itu kan tidak bisa, melanggar aturan. Ya memang kilang itu IRR-nya tipis sekali, makanya kita beri keringanan pajak, insentif dan lainnya agar kilang minyak bisa beroperasi secara komersil," tutupnya.
(rrd/dnl)