Banyaknya impor BBM tersebut disebabkan tingginya kebutuhan BBM dalam negeri, tidak hanya untuk transportasi, tapi juga untuk industri dan pertambangan.
"Impor tinggi karena kebutuhannya banyak. Tidak hanya BBM subsidi saja, pasar untuk BBM non subsidi juga cukup tinggi, makanya banyak badan usaha (perusahaan) yang melakukan impor BBM, baik untuk industri dan juga pertambangan," kata Wakil Ketua Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) M. Fanshurullah Asa kepada detikFinance, Kamis (10/4/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang sekitar 70% pasar BBM di Indonesia masih dikuasasi Pertamina. Tapi ada 5 badan usaha besar lain selain Pertamina yang menguasasi pasar BBM di Indonesia, seperti Shell, AKR Corporindo, Total, Patraniaga, Petronas, Medco dan lainnya," ungkapnya.
Terkait impor BBM dari Andorra, menurutnya tidaklah salah, selama ada negara yang menjual harga BBM paling murah.
"Selama masih murah atau harganya kompetitif kan tidak salah, kebutuhan dalam negeri juga banyak," tutupnya.
(rrd/dru)











































