"Itu gagasan yang positif, kami dukung itu, dan sudah lama kita tunggu-tunggu ada pemimpin yang berani mengambil keputusan seperti itu," kata Wakil Ketua Komite BPH Migas Fanshurullah dihubungi detikFinance, Rabu (30/4/2014).
Fanshurullah mengatakan, gagasan-gagasan seperti ini sebenarnya sudah banyak sekali, namun tidak ada yang terealisasi sama sekali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, Jokowi yang merupakan calon presiden dari PDIP ini mengatakan anggaran subsidi BBM sudah terlalu besar. Pada tahun 2014 anggarannya sudah mencapai Rp 210,7 triliun. Sementara yang menerima subsidi, bukanlah yang berhak dampaknya membuat guncangan ekonomi dan sosial.
Menurutnya anggaran sebesar itu, diarahkan kepada sektor-sektor yang produktif dan kalangan yang membutuhkan misalnya seperti petani dan nelayan.
"Ya guncangan ekonomi sosial alasannya. Tetapi harus dengan catatan subsidi itu bisa diberikan kepada yang menerima. Misalnya subsidi untuk petani, subsidi untuk nelayan yang dibutuhkan oleh mereka," terangnya.
Ia menghitung besaran angka kenaikan harga BBM subsidi per tahun, dihitung dari selisih harga BBM yang disubsidi dengan harga keekonomian dibagi selama 4 tahun. Sehingga pada tahun kelima, pemerintah tidak perlu sediakan anggaran untuk BBM bersubsidi.
(rrd/dnl)











































