Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan, subsidi membuat harga BBM di Indonesia murah. Kondisi ini juga membuat konsumsi terus meningkat, dan banyak orang yang tidak mau berhemat.
Kemudian produksi minyak dalam negeri yang terus menurun membuat pemerintah terpaksa melakukan impor minyak. Impor minyak dan BBM ini membutuhkan devisa yang sangat besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengatakan, impor minyak yang tinggi membuat defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) melebar. Seperti pada pertengahan 2013.
Ini yang menjadi alasan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai dengan sekarang. Sehingga BI dan pemerintah harus mengambil langkah untuk melakukan reformasi struktural.
"Untuk membuat CAD cepat menuju perbaikan dan membuat ekonomi lebih stabil, maka yang harus dilakukan adalah pengelolaan energi," ujar Agus.
Sampai dengan akhir 2013, BI menargetkan CAD bisa dikendalikan pada kisaran di bawah 3%. Fundamental ekonomi yang sehat akan membuat nilai tukar pun lebih baik.
"Kita harus akui bahwa sekarang menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan kuartal kedua 2013, tapi kalau kita lihat 2012 itu CAD US$ 24 miliar, dan 2013 US$ 29 miliar kan menunjukkan masih tinggi. Jadi kita harus buktikan bahwa kita mempunyai fundamental yang lebih baik," paparnya.
(mkl/dnl)











































