Ini terlihat kala pria yang akrab disapa CT tersebut mengadakan pertemuan dengan dunia usaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Berbagai masalah seperti subsidi bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik, dan sebagainya dikeluhkan oleh dunia usaha.
"I am not Superman. Memang banyak permintaan dari berbagai pihak untuk cepat ini cepat itu. BBM subsidi dihapus, tarif listrik, dan banyak lagi," ucap CT saat bertemu dengan para pengusaha di kantor Apindo, Kuningan, Jakarta, Rabu (28/5/2014).
CT mencontohkan, sulit untuk mengurangi subsidi BBM dalam waktu dekat. Prosesnya butuh waktu yang tidak sebentar.
"BBM itu keputusan politik, bapak-ibu pasti tahu bagaimana pengalaman menaikkan harga BBM subsidi tahun lalu. Bolak-balik ke DPR, perlu waktu yang panjang," katanya.
Kemudian soal kenaikan tarif listrik industri, yang berlaku mulai 1 Mei 2014. Vice President PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Franciscus Welirang mengungkapkan penolakannya pada mekanisme kenaikan tarif listrik, khususnya untuk perusahaan publik/terbuka.
"Itu kebijakan yang diskriminatif. Kami ingin itu ditinjau ulang," tegas Franciscus.
Menanggapi hal tersebut, CT mengakui kenaikan tarif listrik industri kali ini agak aneh. Seharusnya perusahaan publik/terbuka patut mendapatkan insentif, bukannya tambahan beban.
"Tapi saya nggak bisa mengubah apa yang sudah diputuskan saat saya belum jadi Menko. Apalagi, tidak ada satu orang pun bisa mengubah kebijakan tersebut, termasuk presiden, karena harus mengubah APBN," ungkapnya.
CT juga mengatakan perbedaan antara menjadi pengusaha dengan Menko Perekonomian. "Ini joke sebenarnya, tapi sering ditanyakan. Kalau jadi pengusaha enaknya banyak dapat cerita senang dan sering untung. Tapi kalau jadi Menko, dapat ceritanya keluhan dan masalah semua. Nggak ada kabar gembira dan selalu rugi terus," ucapnya berkelakar.
Β
(rrd/hds)











































