Praktisi Eco Driving dari Parma Consultan Heru Sugiarto menjelaskan, situasi kemacetan ibu kota menyebabkan konsumsi bahan bakar lebih boros, lantaran kendaraan hanya dapat melaju pada posisi persneling rendah.
Untuk jarak 100 km, posisi persneling gigi 2 membutuhkan 7 liter, posisi gigi 3 membutuhkan 4,6 liter, posisi gigi 4 membutuhkan 3,8 liter, dan gigi lima membutuhkan 3,4 liter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain mengakibatkan konsumsi bahan bakar lebih boros, tingginya tingkat emisi yang dilepaskan kendaraan saat kemacetan juga mengakibatkan berbagai masalah lain seperti gangguan kesehatan dan meningkatnya konsentrasi karbondioksida di atmosfer.
Dampak lain terhadap lingkungan adalah tercemarnya udara oleh sulfur yang dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan. "Sulfur di udara mengakibatkan hujan asam, sulfur bersifat korosif atau merusak, dan sulfur berbahaya dan merugikan kinerja katalitrik converter," tuturnya.
Untuk itu, menurut Heru, perlu adanya upaya nyata dari para pengendara agar pemborosan ini tidak terus terjadi, dan dapat dikurangi dan dampak perusakan lingkungan dapat dicegah.
"Lebih bijak pakai kendaraan, kalau bisa kendaraan bermotor ditaruh di rumah kita, pakai angkutan umum yang jelas kalau itu secara ekonomis biaya tiap kilometernya lebih murah. Biaya bahan bakar juga lebih murah," imbuhnya.
(dnl/dnl)











































