Tim Sukses Pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla, Darmawan Prasojo mengatakan, Jokowi sudah mempunyai konsep yang matang mengelola sektor energi nasional bila terpilih menjadi presiden dan wakil presiden.
"Masalah energi sebenarnya sangat sederhana tetapi implementasinya memang yang cukup sulit," kata Darmawan di acara Polemik Masalah Energi Nasional di Warung Daun, Cikini, Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut Darmawan, ada beberapa program utama di sektor energi yang akan dilakukan Jokowi bila terpilih menjadi presiden seperti. Apa saja? Simak hasil rangkuman detikFinance di sini, Senin (2/6/2014).
|
|
Tiga Poin Pokok
|
|
Ada tiga poin pokok dari rencana Jokowi dan JK di sektor energi saat menjadi presiden nanti:
- Menghapus subsidi BBM dalam 4 tahun mendatang,
- Melakukan program konversi minyak ke gas di sektor transportasi,
- Membangun banyak infrastruktur pendukung produksi minyak dan gas di Indonesia.
Tiga Poin Pokok
|
|
Ada tiga poin pokok dari rencana Jokowi dan JK di sektor energi saat menjadi presiden nanti:
- Menghapus subsidi BBM dalam 4 tahun mendatang,
- Melakukan program konversi minyak ke gas di sektor transportasi,
- Membangun banyak infrastruktur pendukung produksi minyak dan gas di Indonesia.
Besarkan Pertamina, Pulangkan 400 Pegawai RI di Petronas
|
|
Selain membawa pulang orang Indonesia yang bekerja di Petronas, Malaysia, pemerintah juga akan total memberikan dana atau modal pengembangan usaha kepada Pertamina. Sehingga Pertamina dapat menggenjot produksi minyak di dalam negeri bahkan kalau bisa berekspansi keluar negeri.
Kondisi Pertamina saat ini memang jauh tertinggal dari Petronas. Bahkan dari total produksi minyak mentah Indonesia per harinya rata-rata 850.000 barel, hanya 20% yang diproduksi oleh Pertamina. Sehingga bila dibandingkan head to head dengan Petronas, Pertamina tidak bisa berbicara banyak.
Besarkan Pertamina, Pulangkan 400 Pegawai RI di Petronas
|
|
Selain membawa pulang orang Indonesia yang bekerja di Petronas, Malaysia, pemerintah juga akan total memberikan dana atau modal pengembangan usaha kepada Pertamina. Sehingga Pertamina dapat menggenjot produksi minyak di dalam negeri bahkan kalau bisa berekspansi keluar negeri.
Kondisi Pertamina saat ini memang jauh tertinggal dari Petronas. Bahkan dari total produksi minyak mentah Indonesia per harinya rata-rata 850.000 barel, hanya 20% yang diproduksi oleh Pertamina. Sehingga bila dibandingkan head to head dengan Petronas, Pertamina tidak bisa berbicara banyak.
Energi Alternatif Demi Kurangi Impor BBM
|
|
"Dari 2,3 juta barel produksi migas kita itu didominasi gas. Produksi gas yang cukup besar ini rahmat dari Allah SWT. Makanya harga gas lebih rendah 30-40% dibandingkan minyak. Menurunkan subidi dan menekan impor BBM kita dengan cara melakukan konversi dari minyak ke gas untuk tranportasi dan pembangkit listrik," kata Darmawan.
Selain penggunaan gas, kubu Jokowi juga akan memperbesar kapasitas konsumsi energi berbahan dasar sawit atau Crude Palm oil (CPO). Penggunaan CPO diyakini efektif menekan impor solar.
"Produksi CPO kita per tahun 29 juta ton, yang dipakai di dalam negeri hanya 7 juta ton, 22 juta ton CPO kita ekspor. Nah kita gantikan impor solar dengan penguatan bahan bakar domestik CPO. Kalau kita impor solar cukup mahal Rp 10.500/liter," imbuhnya.
Energi Alternatif Demi Kurangi Impor BBM
|
|
"Dari 2,3 juta barel produksi migas kita itu didominasi gas. Produksi gas yang cukup besar ini rahmat dari Allah SWT. Makanya harga gas lebih rendah 30-40% dibandingkan minyak. Menurunkan subidi dan menekan impor BBM kita dengan cara melakukan konversi dari minyak ke gas untuk tranportasi dan pembangkit listrik," kata Darmawan.
Selain penggunaan gas, kubu Jokowi juga akan memperbesar kapasitas konsumsi energi berbahan dasar sawit atau Crude Palm oil (CPO). Penggunaan CPO diyakini efektif menekan impor solar.
"Produksi CPO kita per tahun 29 juta ton, yang dipakai di dalam negeri hanya 7 juta ton, 22 juta ton CPO kita ekspor. Nah kita gantikan impor solar dengan penguatan bahan bakar domestik CPO. Kalau kita impor solar cukup mahal Rp 10.500/liter," imbuhnya.
Maksimalkan Gas Cegah Krisis Listrik
|
|
"Kita ubah ke kekuatan dalam negeri baik itu batubara, natural gas, hidro dan panas bumi. Ongkos produksi listrik pakai BBM 1 kwh Rp 3.000, geothermal Rp 1.000/kwh. Kalau pakai batu bara Rp 500-600/kwh, gas hanya Rp 700-800/Kwh. Tetapi efisiensi dari batubara ke listrik hanya 31% seharusnya 42%," sebutnya.
Maksimalkan Gas Cegah Krisis Listrik
|
|
"Kita ubah ke kekuatan dalam negeri baik itu batubara, natural gas, hidro dan panas bumi. Ongkos produksi listrik pakai BBM 1 kwh Rp 3.000, geothermal Rp 1.000/kwh. Kalau pakai batu bara Rp 500-600/kwh, gas hanya Rp 700-800/Kwh. Tetapi efisiensi dari batubara ke listrik hanya 31% seharusnya 42%," sebutnya.
Tak Mau Gegabah Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
|
|
Darmawan mengatakan, salah satu pertimbangan sulitnya membangun PLTN di dalam negeri karena investasi yang cukup besar.
"PLTN itu jangka panjang. Sekarang kita punya opsi lain, nuklir masih jangka panjang. Bukan sulit dikembangkan tetapi kita masih punya banyak opsi dari kekuatan domestik seperti nabati, gas alam dan lain-lain. Ini masalah prioritas dan yang kita lakukan karena biayanya besar dan modalnya itu di awal," kata Darmawan.
Salah satu pertimbangan lainnya adalah keamanan. Bagi kubu Jokowi-JK, PLTN dianggap memiliki risiko tinggi.
Tak Mau Gegabah Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
|
|
Darmawan mengatakan, salah satu pertimbangan sulitnya membangun PLTN di dalam negeri karena investasi yang cukup besar.
"PLTN itu jangka panjang. Sekarang kita punya opsi lain, nuklir masih jangka panjang. Bukan sulit dikembangkan tetapi kita masih punya banyak opsi dari kekuatan domestik seperti nabati, gas alam dan lain-lain. Ini masalah prioritas dan yang kita lakukan karena biayanya besar dan modalnya itu di awal," kata Darmawan.
Salah satu pertimbangan lainnya adalah keamanan. Bagi kubu Jokowi-JK, PLTN dianggap memiliki risiko tinggi.
Halaman 2 dari 12











































