Adalah Ketua Yayasan Masarang Willie Smits yang telah ditunjuk sebagai penasihat program energi terbarukan Partai Gerindra.
Pria kelahiran Weurt, Gelderland, Belanda 22 Februari 1957 ini adalah seorang ahli kehutanan, ahli mikrobiologi, pelestari alam, aktivis hak-hak binatang, dan kewirausahaan nasional.
Smits hadir di Indonesia pada 1980 dan menetap di Indonesia sejak 1985. Sejak saat itu dia telah menjadi warga negara Indonesia.
Di 1980, Smits pertama kali mengenal pohon aren di Tomohon, Sulawesi Utara. Dari penelitiannya selama bertahun-tahun Smits menemukan bahwa phon aren adalah pohon paling produktif menghasilkan energi.
"Penelitian saya menunjukkan bahwa tidak ada pohon yang dapat menghasilkan jumlah bahan bakar alternatif lebih dari pohon aren," tutur Smits dalam paparannya pada acara sarasehan bertajuk 'Kedaulatan Energi Syarat Mutlak Ketahanan Bangsa' di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (2/6/2014).
Pada paparannya tersebut, Smits menyebutkan pohon aren ini benar-benar harta karun.
"Pohon aren itu rajanya fotosintesis. Dapat menyimpan cahaya mata hari dan disimpan dalam baterai kimia dalam bentuk gula. Kita bisa menyulapnya menjadi minyak dan lemak yang lebih sehat dari sawit dan bisa dijadikan bahan pengganti solar. Kalau kita punya gula kita punya sumber energi yang dapat memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri," tuturnya.
Pengalamannya dalam penelitian penyediaan energi alternatif barbasis nabati tersebut, menarik minat Parta Gerindra untuk mepercayakan dirinya sebagai penasihat program energi terbarukan Partai Gerindra.
Wakil Ketua Dewan Pembina Parta Gerindra Hashim Djojohadikusumo menyebutkan, perkenalan Partai Gerindra denga Willie Smits pertama kali di 2007, ketika ide brilian Smits telah disampaikan ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), namun ide tersebut tidak direalisasikan.
"Sudah ketemu 3 kali dengan Pak SBY dan sudah disetujui pemerintah mengenai pohon aren. Keputusan presiden ada dari 2007 tapi tidak ada pelaksanaan dan tidak ada follow up. Ini menjadi masalah, hanya wacana wacana dan tidak ada wujud," ujar Hashim.
Menilik briliannya ide tersebut membuat pihaknya tertarik untuk menerapkan ide pengembangan ini saat Prabowo Subianto mulai bertugas sebagai Presiden bila menang dalam pemilihan umum 9 Juli 2014 mendatang.
"Jadi kita telah mengenal Smits ini jauh sebelum Partai Gerindra berdiri. Dan nanti ide ini akan mulai diterpkan pada hari pertama, hari kedua, hari ketiga Pak Prabowo menjadi Presiden Indonesia mendatang," tegasnya.
Hashim juga menegaskan, Smits bakal menjadi staf ahli bidang energi terbarukan Presiden, bila Prabowo terpilih menjadi Presiden nanti.
Soal aren, Smits menjelaskan, kandungan gula yang dihasilkan dari pohon aren dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan bioetanol sebagai bahan bakar untuk mesin-mesin kendaraan.
"Setiap hari, 70 pohon aren per hektar dalam tahap produksi penetesan menghasilkan rata-rata 13 liter dengan konsentrasi gula 11%. Jika dikalikan 365 hari dalam sertahun, bisa memproduksi 36,5 ton gula. Dan bila dikonversi ke etanol, volume bioetanol yang dihasilkan adalah 24.000 liter bahan bakar per hektar per tahun," terang Smits.
Willie menjelaskan, pohon aren dengan produksi gula yang tinggi tidak hanya bisa menghasilkan bioetanol sebagai pengganti bensin, tetapi juga dapat menghasilkan bahan pengganti solar melalui proses biologis lain yaitu dengan menggunakan gang.
"Pabrik gula aren kristal pertama di dunia telah kami kembangkan di Sulawesi Utara terbukti efektif memproduksi aren yang mahal serta bioenergi dan menyerap tenaga kerja yang sangat tinggi," ujar Smits.
Smits menjelaskan jumlah bahan bakar bioetanol yang dihasilkan dari pengolahan aren ini setara dalam bentuk energi dengan 82 barel minyak per tahun per hektar. "Sebagai pengganti BBM yang penggunaannya mencapai 1,4 juta barel, maka Indonesia akan memerlukan 6,2 juta lahan hutan aren campuran," tutur dia.
Namun demikian, seperti sumber energi alternatif lainnya, bioetanol yang dihasilkan dari pengolahan aren ini tentu bukanlah solusi sempurna karena tetap perlu penyesuaian pada mesin yang akan diaplikasikan.
Kendaraan standar yang banyak dipakai masyarakat saat ini perlu sedikit peyesuaian untuk dapat bekerja normal setelah mengkonsumsi bioetanol ini.
"Dengan mesin standar motor yang ada sekarang kinerjanya sekitar 80% dari bensin yang kita gunakan. Tapi kalau kompresinya ditingkatkan, kinerjanya akan setara dengan bensin yang sekarang," tutur dia.
(dnl/dnl)











































