Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan, gas Tangguh di Papua yag dikelola British Petroleum (BP) memang sejak 2002 diekspor 100% ke Fujian, Tiongkok dan Amerika Serikat. Pada 2002 lalu, harga gas ini adalah 5,25% dari harga Japan Crude Cocktail (harga acuan minyak Jepang), yang saat itu hanya US$ 26 per barel. Sehingga harga jual gas Tangguh adalah US$ 2,7 per mmbtu.
Harga ini pernah diubah saat JCC mencapai US$ 38 per barel, sehingga harga gas Tangguh adalah US$ 3,3 per mmbtu. Namun sekarang JCC sudah lebih dari US$ 100 per barel, harga jual gas Tangguh tidak bisa diubah lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jero mengatakan, pekan lalu, Fujian setuju harga JCC dilepas, artinya harga JCC yang menjadi patokan adalah harga JCC sekarang. Jadi, bila harga JCC sekarang US$ 100 per barel, maka harga jual gas Tangguh bisa mencapai US$ 8 per mmbtu.
"Kalau JCC-nya US$ 110, maka bisa jadi US$ 8,65 per mmbtu. Kesepakatannya naik terus tahun 2015 jadi US$ 10 per mmbtu, 2016 US$ 12 dolar, 2017 US$ 13,3. Kontrak kita sampai tahun 2034. Rata-rata nanti angkanya jadi US$ 12 dolar kenaikan 4 kali lipat dibanding harga tahun lalu," kata Jero.
Keuntungannya, bila memakai harga lama, maka negara akan mendapat penerimaan US$ 5,2 miliar hingga 2034. Sementara dengan harga baru, pemerintah bisa mendapatkan US$ 20 miliar hingga 2034.
"Jadi per tahun kita mendapat Rp 12,5 triliun dari Fujian, dari harga lama Rp 3,1 triliun. Jadi tambahnya Rp 9 triliun," ungkap Jero.
"Tadi Bapak Presiden mengucapkan terima kasih kepada negosiasi kami. Kita sama-sama bekerja untuk meyakinkan pihak Tiongkok yang logis yang cocok dengan pihak ke depan. Sehingga tidak ada komentar harga jual gas ke Tiongkok murah. Inilah keberhasilan kita. Mudah-mudahan pemerintahan ke depan mendapat tambahan dari Tiongkok," kata Jero.
(dnl/ang)











































