Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri telah menetapkan bahwa pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang pemilihan presiden (pilpres) 2014. Jika tidak ada halangan, duet ini akan memimpin Indonesia selama 5 tahun ke depan dan harus berhadapan dengan masalah subsidi BBM.
Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan mengatakan, pemerintahan Jokowi-JK diminta untuk segera menaikkan harga BBM paling tidak pada kuartal II-2014. Kebijakan ini dibutuhkan untuk menekan angka defisit anggaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fauzi menyebutkan, saat ini produksi BBM Indonesia hanya sekitar 800 ribu barel per hari sementara konsumsinya mencapai 1,5 juta barel per hari. Untuk memenuhi kebutuhan dibutuhkan impor.
Sementara harga BBM impor rata-rata mencapai Rp 11.500 per liter, tetapi dijual seharga Rp 6.500 per liter. Selisih yang cukup lebar inilah yang membuat anggaran subsidi membengkak.
"Impor Rp 11.500 per liter harga internasional, BBM dijual di sini Rp 6.500 jadi selisih harga internasional sekitar 45%. Selisih ini dibiayai pemerintah dengan menerbitkan surat utang atau dibeli dengan utang," tegas Fauzi.
Kenaikan harga BBM, menurut Fauzi, idealnya adalah menjadi Rp 9.000 per liter. Langkah ini bisa dibagi dalam 2 tahap agar tidak terlalu menimbulkan guncangan di masyarakat.
"Jadi mungkin idealnya naik 35-45% dalam 2 tahap. Harga naik jadi Rp 9.000 per liter secara bertahap," tuturnya.
(drk/hds)











































