Hidayat mengatakan, bila subsidi BBM dikurangi secara bertahap, maka dafisit neraca berjalan akan semakin sehat, dan menunjukkan kinerja yang positif. Itu hal paling krusial yang harus dilakukan pemerintah yang akan datang.
"Kalau BBM itu bisa mulai diatasi dengan cara bertahap itu memberikan sinyal yang kuat akan ada perbaikan terhadap defisit transaksi berjalan kita," kata Hidayat ditemui di kantornya, Jl Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (24/7/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu akan menyebabkan bukan hanya ke IHSG (indeks harga saham gabungan) menguat tapi capital inflow (masuknya dana asing) baik di portfolio, di sektor rill ini berjalan," tambahnya.
Mantan Ketua Kadin ini menambahkan, skema penghapusan subsidi BBM dilakukan bertahap, hingga subsidi BBM ini benar-benar dihapuskan dan hilang. Sedangkan tindak lanjutnya adalah, memberikan subsidi terhadap masyarakatnya, bukan pada produknya seperti BBM.
"Pemerintah juga berkeinginan sebelum menyerahkan, akan melakukan konsultasi dengan Presiden terpilih. Skema penghapusan atau pengurangan subsidi itu kelihatannya akan berupa subsidi itu diberikan tidak kepada produksinya, tapi orangnya," papar Hidayat.
Hidayat mengatakan untuk jangka menengah, subsidi BBM harus ditiadakan, alias dihapus.
"Program pemerintah nanti pengurangan subsidi BBM secara bertahap. Sekarang beban kita sudah Rp 400 triliun," jelas Hidayat.
(zul/dnl)











































