"Jatah BBM subsidi tahun ini hanya 46 juta kilo liter (KL), padahal kita usulkan 48 juta kilo liter, agar cukup sampai akhir tahun kita berjuang mati-matian," ucap Menteri ESDM Jero Wacik di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (5/8/2014).
Jero memberikan gambaran, pada 2010 jatah BBM subsidi di APBN mencapai 38,23 juta KL, kemudian konsumsinya tumbuh pada 2011 menacapai 41 juta KL, pada 2012 naik lagi menjadi 45 juta KL, dan pada 2013 realisasinya mencapai 46,36 juta KL.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, realisasi konsumsi BBM subsidi hingga Juni 2014 sudah mencapai 22,9 juta KL. Namun dengan adanya momen lebaran, pemilu, natal dan tahun baru, konsumsi BBM subsidi 46 juta KL diprediksi tidak akan cukup hingga akhir tahun.
"Hitungan kita akhir November solar subsidi habis, untuk premium 19 Desember sudah habis, jadi kalau kita tidak berbuat sesuatu pada 20 Desember sampai 31 Desember tidak ada BBM subsidi, kalau 1 Januari 2015 sudah aman," ujarnya.
Jero mengungkapkan, agar selama 20 hari di akhir tahun tersebut BBM subsidi tetap ada, pihaknya mengeluarkan kebijakan melarang pembelian solar subsidi pada malam hari di sejumlah SPBU. Lalu menghapus premium di SPBU yang ada di rest area jalan tol, serta menghapus solar subsidi di Jakarta Pusat.
"Tapi bukan berarti BBM tidak ada, BBM subsidi ada, BBM non subsidi juga ada, tidak ada kelangkaan dan tidak ada kenaikan harga BBM subsidi, cuma BBM subsidi dikendalikan saja," tutupnya.
(rrd/dnl)











































