Salah satu pengusaha SPBU yang enggan disebutkan namanya mengatakan, setiap penjualan BBM subsidi jenis solar dan premium akan memperoleh margin Rp 200 per liter. Sedangkan untuk BBM non subsidi, margin yang didapat sekitar Rp 300-350 per liter.
"Untung itu kan syaratnya ada dua, volume dan margin. Percuma kalau marginnya besar tapi volumenya nggak banyak," katanya kepada detikFinance, seperti dikutip Minggu (10/8/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana penghapusan BBM subsidi ini dinilai akan berdampak langsung pada keberlanjutan bisnis pengusaha SPBU. Adanya argumen bahwa pengusaha akan lebih untung bila menjual BBM non subsidi pun tak cukup menghibur pengelola SPBU.
Menurut si pengusaha SPBU, saat ini penjualan BBM subsidi terutama jenis Premium masih menjadi barang unggulan yang menyumbang pendapatan terbesar ke SPBU.
"Kita jual Premium sehari 20.000 liter. Kalau ada pelarangan berarti pendapatan dari situ akan hilang. Penjualan Pertamax juga belum tentu naik, karena SPBU di luar Jakarta tetap jual premium. Masyarakat bisa lari ke sana," pungkasnya.
Untuk itu dirinya berharap agar kebijakan ini dapat dipertimbangkan kembali. "Harus bersamaan dengan kota-kota lain kalau mau benar-benar mau dihapus. Jangan di Jakarta saja, bisa tutup kita nanti," tuturnya.
(hds/hds)











































