Hal tersebut seperti diungkapkan Direktur Konstruksi dan Energi Terbarukan PT PLN (Persero) Nasri Sebayang saat ditemui di kantornya, Jakarta, Rabu (13/8/2014).
"Krisis listrik di Jawa itu sudah mulai terjadi 2016, bukan 2018, datang lebih cepat," ujar Narsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebenarnya tidak hanya (PLTU) Batang. Kita itu kekurangan pasokan listrik mulai 2016-2018 mencapai 6.000 MW, jadi bukan hanya dari Batang saja 2.000 MW," katanya.
Narsi mengungkapkan, karena ada 2 pembangkit berskala besar yang direncanakan masuk ada 2016-2018 terkendala pembangunannya, dan akan telat penyelesaian pembangunannya sesuai target.
"Selain PLTU Batang 2 x 1.000 MW, PLTU 8 (berkapasitas) 1 x 1.000 MW, PLTU 9 (berkapasitas) 1 x 1.000 MW, PLTU 10 (berkapasitas) 1 x 10.000 MW, dan PLTU Indramayu 1 x 1.000 MW. PLTU-PLTU tersebut sudah terlambat 2 tahun dan tidak akan selesai pada 2016-2018," tutupnya.
Adapun PLTU 8, 9, dan 10 merupakan PLTU yang lokasinya berada di Sumatera Selatan.
(rrd/dnl)











































