Angota Dewan Energi Nasional (DEN) dari kalangan akademisi Rinaldy Dalimi mengatakan, di Indonesia ada fungsi yang hilang dalam hal pelaksanaan program konversi BBM ke BBG. Fungsi tersebut adalah peran pemerintah dalam menciptakan pasar.
"Dalam sudut pandang bisnis, agar sebuah pengembangan infrastruktur menarik dilakukan. Maka harus disiapkan dulu pasarnya. Di Indonesia pembangunan SPBG tidak menarik karena pasarnya tidak ada," katanya di Kantor DEN, Jakarta, Selasa (19/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah Brasil mendorong dulu produsen mobil memproduksi mobil yang pakai BBG. Jadi yang dia bentuk adalah pasarnya terlebih dahulu. Di Indonesia, peran itu yang hilang. Peran yang menjembatani penyedia dengan pasarnya," jelasnya.
Sedangkan di Indonesia, sempat ada program pemberian konverter kit gratis untuk angkutan umum dan kendaraan pribadi. Namun dengan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) masih disubsidi, dan infrastruktur gas yang masih minim, program konversi jalan di tempat. Selain itu, belum ada kewajiban produsen mobil memproduksi mobil jenis BBG.
Untuk itu, pemerintah ke depan diharapkan dapat menerapkan kebijakan-kebijakan strategis agar penyediaan pasar ini dapat dilakukan sehingga program konversi energi dari BBM ke BBG bukan hanya isapan jempol belaka.
"Misalnya diwajibkan produsen mobil itu 5% produksinya harus yang menggunakan BBG. Jangan pikir untung dulu, tapi pikir penciptaan pasar dulu," pungkasnya.
(hen/hen)











































