Produksi Minyak Turun Terus, Ini Penyebabnya

Produksi Minyak Turun Terus, Ini Penyebabnya

- detikFinance
Senin, 08 Sep 2014 14:54 WIB
Produksi Minyak Turun Terus, Ini Penyebabnya
Jakarta - Produksi minyak Indonesia praktis menurun setiap tahun. Ada berbagai faktor yang menyebabkan produksi minyak nasional terus turun, di antaranya adalah hambatan birokrasi seperti izin dan pajak.

"Untuk bisa mengebor, perusahaan harus mengurus 69 izin. Sekarang ambil kontrak, lima tahun lagi belum tentu ngebor. Dulu tiga bulan bisa bor," kata pengamat energi Kurtubi di acara diskusi migas di Hotel Sahid, Jakarta, Senin (8/9/2014).

Proses ini, lanjut Kurtubi, tentunya menghambat produksi migas padahal konsumsi terus meningkat. Selain izin, ada juga persoalan terkait perpajak. Saat masa eksplorasi saja, ada pajak-pajak yang dikenakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dulu peraturan pajak nggak ikut. Sekarang dia ikut bayar pajak lain-lain. Banyak beban pajak ditangung investor saat eskplorasi," tuturnya.

Selain itu, Kurtubi juga menyoroti Undang-undang Migas saat ini. Dulu PT Pertamina (Persero) bertindak sebagai regulator dan operator migas. Pertamina bisa menentukan lokasi-lokasi untuk dikerjasamakan.

Akibat dikelola Pertamina, proses izin hingga gangguan di level bawah relatif minim. Produksi minyak pun bisa di atas 1 juta barel per hari.

"Dulu Pertamina yang urus izin ke pemda sampai LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat). Kalau Pertamina urus nggak bisa diperas. Sekarang investor yang urus karena SKK Migas nggak bisa," jelasnya.

Ia pun mengusulkan agar SSK Migas (dahulu BP Migas) untuk dibubarkan. Tugas SKK Migas agar dikembalikan ke Pertamina layaknya di Malaysia sampai Saudi Arabia.

"Bisa dikelola oleh perusahaan negara. Seperti Malaysia, Aljazair, Arab Saudi," sebutnya.

Jika persoalan izin, pajak, hingga keberadaan SKK migas dievalusi, Kurtubi meyakini produksi minyak bisa meningkat. "Reserve dari data resmi Kementerian ESDM itu 50 miliar barel. Kalau data geologist internasional bisa 80 miliar barel. Proven reserve baru 3,5 miliar barel. Angka cadangan yang kecil akan habis dalam waktu 10 tahun kalau nggak ada cadangan baru," jelasnya.

(feb/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads