Tak Perlu Naik, Petugas PLN Cek Menara Listrik Pakai 'Helikopter' Canggih

Tak Perlu Naik, Petugas PLN Cek Menara Listrik Pakai 'Helikopter' Canggih

- detikFinance
Jumat, 10 Okt 2014 12:10 WIB
Jakarta -

PT PLN (Persero) terus melakukan inovasi dalam hal operasional kerja agar lebih efisien. Salah satunya penerapan teknologi helikopter mini untuk memeriksa isolator di fasilitas listrik PLN.

Isolator berfungsi untuk penahan bagian konduktor terhadap ground dalam setiap Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET).

Kepala Satuan Operational Performance Improvement (OPI) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Sumatera (P3BS) PT PLN (Persero) Akiman Nainggolan mengatakan helikopter mini dibuuat oleh Ivan Nur Pratama, yang diberi nama Quat Copter yang artinya 4 baling-baling.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita gunakan di transmisi tower, yang kurang lebih tingginya 70 meter. Kita wajib memeriksa memelihara memastikan kondisi peralatan dengan meng-capture video dengan alat kontrol dan Google Glass yang tersambung dengan bluetooth dan wireless jika kondisi ada kerusakan, petugas naik untuk mengecek," kata Akiman kepada detikFinance, di sela-sela pameran listrik di Kantor PLN, Jumat (10/10/2014).

Ia mengatakan dengan penggunaan alat helikopter mini, banyak efisiensi yang bisa dicapai. Bila tak memakai helikopter mini, petugas PLN harus melakukan pengecekan secara manual dengan naik-turun tower selama 25 menit per 1 tower, sedangkan dengan pakai Quat Copter hanya butuh waktu 5 menit. Cara manual juga memiliki risiko tinggi bagi para petugas PLN di lapangan.

"Jadi ini dapat mengefisiensi waktu dan akurasi data, yang selanjutnya bisa dianalisa,"katanya.

Akiman mengatakan alat ini dibuat sejak 2011, dan digunakan di Unit Pelayanan Teknis (UPT) Padang, Sumatera Barat, yang merupakan salah satu P3BS di Sumatera. Beberapa UPT yang memakai alat ini antara lain UPT Tanjung Karang, Palembang, dan hampir di semua unit P3BS di Sumatera.

"Yang sekarang diproduksi sebanyak 11 unit quat copter untuk 11 UPT di Sumatera," katanya.

Alat yang harga per unit Rp 20 juta baru diterapkan di P3BS (Sumatera), sedangkan wilayah lainnya belum digunakan.

"Alat ini membantu sekali untuk menganalisa data, sehingga kita bisa memastikan, peralatan kita kondisinya bagus. dan untuk pengecekan, dan pemeliharaan aset kita," katanya.

(hen/hds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads