Rencana pemerintah sejak beberapa tahun lalu melakukan program konversi dari Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG), sempat menjadi angin segar bagi pelaku usaha, termasuk importir alat-alat konversi. Namun, kini program konversi yang mandek membuat pelaku usaha seperti importir kecewa berat.
"Perusahaan kami kecewa program konversi dari BBM ke BBG nggak jalan, karena di Jakarta saja hanya ada 5 SPBG yang beroperasi, mana bisa sukses, karena kendaraan itu ke mana-mana, jadi masyarakat bingung cari SPBG di mana," kata Engineer Safe Gas, Herman di sela-sela acara pameran listrik di kantor PLN, Jakarta, Jumat (10/10/2014)
Herman menjelaskan, Safe Gas sejak 2011 merupakan penyedia alat-alat SPBG, MRU (mobile refueling unit) atau truk gas, Mother Daughter Station (gudang gas). Safe Gas juga sebagai penyedia alat converter kit (alat terpasang di kendaraan untuk konversi dari BBM ke BBG) yang diimpor dari Italia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Italia sudah 12 tahun konversi BBM ke BBG jalan. Di Indonesia Memang ada ketakutan dari masyarakat, takut BBG meledak seperti tabung elpiji," katanya,
Menurut Herman, kekhawatiran ini bisa diatasi dengan menggunakan peralatan, yang terjamin keamanannya. "Seperti punya kami ini, impor langsung dari italia, itu sangat aman," katanya.
Herman menambahkan harga konverter kit yang mereka jual Rp 12 juta per unit. Harga ini termasuk murah kalau dibandingkan menggunakan BBM yang jauh lebih mahal.
"Karena BBG harganya Rp 3.100 per gas setara liter setara liter BBM, sekarang harga BBM Rp 6.500 itu pun mau naik. Jadi pakai BBG lebih murah," katanya.
Ia menambahkan selama ini Safe Gas bekerjasama dengan PT PGN dan PT Pertamina, untuk pengadaan MRU dan SPBG, misalnya ada di Mampang, Jakarta, dan MRU di Monas.
(hen/hds)











































