'BBM Disubsidi, Penyelundupan Marak Terjadi'

'BBM Disubsidi, Penyelundupan Marak Terjadi'

- detikFinance
Selasa, 21 Okt 2014 14:50 WIB
BBM Disubsidi, Penyelundupan Marak Terjadi
Jakarta - Upaya menaikkan harga BBM bersubsidi tak bisa ditawar lagi. Menurut mantan Wakil Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Susilo Siswoutomo, kenaikan harga bisa menekan penyelundupan minyak ke luar Indonesia.

"Selama ini penyelundupan terjadi karena ada disparitas (perbedaan) harga. Karena disubsidi, harga BBM kita menjadi lebih murah dibanding harga keekonomian. Jadi kalau harga BBM bersubsidi dinaikkan, dia akan mendekati harga keekonomian," kata dia usai menghadiri acara perpisahan dengan awak media di Jakarta, Selasa (21/10/2014).

Ia menambahkan, bila harga BBM dinaikkan dan semakin mendekati harga keekonomiannya, maka akan mengurangi minat spekulan untuk melakukan penyelundupan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harga keekonomian, harga minyak dunia itu kan selalu berubah. Itu akan menjadi risiko bagi para penyelundup, bila mereka ingin melakukan penyelundupan. Karena harga belum tentu naik, justru bisa turun. Mereka tentu nggak mau dong," tegasnya.

Ia menyebut, dengan harga minya dunia saat ini yang hanya US$ 85 per barel, maka harga keekonomian BBM bersubsidi jenis solar adalah Rp 11.000, sementara jenis premium adalah Rp 10.500. Artinya masih ada disparitas atau perbedaan harga antara harga BBM bersubsidi yang diJual di Indonesia dengan harga keekonomian yang berlaku secara internasional

"Dengan penurunan harga menjadi US$ 85 tadi, subsidi untuk solar saja masih Rp 5.500. Kalau premium masih subsidi Rp 4.500," pungkas dia.

Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan kembali menangkap kapal pengangkut minyak mentah atau crude oil ilegal. Penangkapan ini terjadi pada kawasan perairan Muara Musi, Sumatera Selatan.

Berdasarkan keterangan tertulis yang diterima detikFinance, Jumat (17/10/2014), kapal yang ditangkap yaitu MT A Ardinataa dan MT Black Blade. Kedua kapal sama-sama tanpa dilengkapi dokumen yang sah.

Kapal MT A Ardinata berjenis 170 GT dengan panjang 29 meter dan dijalankan oleh enam orang berstatus Warga Negara Indonesia (WNI). Muatan yang dibawa berjumlah sekitar 40 kiloliter atau setara dengan Rp 250 juta.

Sementara kapal MT Black Blade berjenis 495 GT dengan panjang 53 meter. Muatan yang diangkut oleh sembilan orang WNI tersebut mencapai 400 kiloliter atau setara Rp 2,5 miliar.

(dna/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads