Biaya Bangun Pembangkit Listrik BBM Hanya Sepertiga Biogas

Jakarta - PT PLN (Persero) ingin lebih memanfaatkan listrik dari pembangkit bertenaga energi terbarukan seperti biomassa dan biogas. Ini akan membantu ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil, terutama BBM.

"Pakai BBM suatu saat pasti habis. Tapi kalau energi terbarukan tidak pernah habis. Ini juga bisa mendukung konservasi energi," kata M Sofyan, Kepala Divisi Energi Terbarukan PLN, kala ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (22/10/2014).

Untuk membangun pembangkit listrik berbahan bakar energi terbarukan, lanjut Sofyan, memang terkadang lebih mahal. Dia membandingkan investasi pembangunan pembangkit listrik tenaga biogas dengan yang menggunakan BBM.

"Kalau biogas, itu Rp 25-35 miliar per MW. Kalau pakai BBM, itu sekitar Rp 8 miliar lebih murah," katanya.

Meski biaya pembangunannya lebih murah, tambah Sofyan, tetapi bahan baku untuk pembangkit listrik berenergi BBM lebih mahal. "Jelas lebih mahal, kan pakai BBM," ujarnya.

Menurut Rida Mulyana, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, sampai saat ini pemanfaatan energi terbarukan seperti biogas dan biomassa masih minim. Salah satunya karena harga pembelian listriknya murah, hanya Rp 975 per KWH.

Pemerintah kemudian merilis aturan baru yaitu Permen ESDM No No 27/2014 tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) oleh PT PLN (Persero).

Dengan adanya aturan baru ini, investor akan sangat tertarik, bahkan Industri Kecil Menengah (IKM) pasti untung dan balik modal cepat. Karena harganya pembelian listriknya paling rendah adalah Rp 1.150 per KWH sampai Rp 1.500 per KWH.

"Investasi yang dibutuhkan untuk 1 Megawatt adalah US$ 3 juta (Rp 36 miliar). Ini sangat cocok investasi, bahkan bagi industri kecil-menengah sekalipun," kata Rida.

(hds/hen)