"BBM bersubsidi ini banyak dinikmati kalangan menengah atas. Hanya 2,7% masyarakat miskin yang pakai BBM subsidi. Lebih baik subsidi BBM dialihkan untuk sektor riil," kata Faisal usai seminar Ekonomi Pasca Pemerintahan Baru di Hotel Ketapang Indah, Banyuwangi, Rabu (22/10/2014).
Menurut dia, konsumsi BBM yang tinggi memicu Indonesia mengimpor minyak mentah sebanyak 470 ribu barel per hari dari konsumsi nasional 1,2 juta barel per hari. Akibat impor minyak besar-besaran ini terjadi defisit neraca perdagangan, salah satu komponen transaksi berjalan. Realisasi impor BBM semester I-2014 mencapai US$ 13,3 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada dengan Faisal, Anas juga menyatakan jika kepemimpinan Jokowi-JK harus berani mengambil kebijakan yang non populis dengan cara menaikkan harga BBM subsidi. Namun kenaikan harga BBM itu harus disesuaikan dengan peningkatan pelayanan masyarakat.
"Saya setuju dinaikkan BBM, tapi difokuskan untuk kepentingan rakyat seperti pembangunan jalan atau transportasi dan langsung direalisasikan kepada rakyat secara merata. Baik di Pulau Jawa atau di kawasan daerah," tegas Anas.
(hds/hds)











































