"Saya kurang setuju, karena kita nelayan ini masih kurang mampu. Kalau bisa tidak usah dinaikkan," kata Wijaya, salah satu nelayan di Muara Baru (Jakarta Utara) kepada detikFinance, Kamis (6/11/2014).
Meski nantinya pemerintah akan mengalihkan subsidi ke pembangunan infrastruktur, lanjut Wijaya, dia menilai tidak semua masyarakat bisa menikmati hasilnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rohim mengaku dalam sehari hanya mendapatkan upah Rp 20.000. Dia dan kawannya bukanlah pemilik kapal, tetapi nelayan yang bekerja pada pengepul ikan.
"Kalau BBM naik dan pemerintah mau bangun infrastruktur bagus juga. Pokoknya yang bisa membuat pasokan solar lancar," kata Rohim.
Dalim, nelayan lainnya, juga setuju saja harga BBM naik. "Asal nanti hasilnya kembali lagi ke rakyat. Harus tepat sasaran," katanya.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti subsidi BBM yang mencapai ratusan triliun rupiah memang harus dialihkan. Pasalnya, subsidi BBM tidak tepat sasaran, sebagian besar dinikmati oleh nelayan-nelayan besar.
"Subsidi BBM akan dialihkan karena banyak nelayan nggak kebagian," tegas Susi, akhir pekan lalu.
Subsidi BBM yang dialihkan, lanjut Susi, akan digunakan untuk keperluan nelayan seperti bantuan kapal, alat tangkap, hingga pabrik es. Bantuan ini jauh dibutuhkan dan tepat sasaran daripada subsidi BBM.
(hds/dnl)











































