Dilema Listrik Tenaga Nuklir

Dilema Listrik Tenaga Nuklir

- detikFinance
Jumat, 14 Nov 2014 16:14 WIB
Dilema Listrik Tenaga Nuklir
Jakarta - Badan regulasi nuklir Jepang baru-baru ini menyetujui rencana mengaktifkan kembali salah satu reaktor nuklir di Perfektur Sendai. Reaktor milik Kyushu Electric Power Co tersebut dinilai telah memenuhi syarat keamanan untuk kembali beroperasi.

Sebanyak 19 dari 26 Anggota Dewan Kota Satsumasendai juga telah memberikan persetujuan dalam sebuah pemungutan suara pada akhir Oktober 2014. Kyusu hanya tinggal menjalani tes keamanan operasional, sebelum benar-benar mendapat izin untuk mengoperasikan reaktornya di 2015.

Mengaktifkan kembali reaktor-reaktor PLTN merupakan pilihan yang tidak terhindarkan bagi Jepang. Lebih dari setahun terakhir, negeri yang 'miskin' sumber energi ini menggantungkan sebagian besar kebutuhan energi listriknya dari bahan bakar fosil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mengimpor hampir 99 persen bahan bakar fosil yang kita miliki," kata Prof Hisanori Nei, pakar kebijakan energi dari Graduate Institute of Policy Study (GRIPS), ditemui di Tokyo baru-baru ini.

Sebelum terjadi kecelakaan reaktor Daiichi Fukushima, 30 persen kebutuhan listrik Jepang dipenuhi dari energi nuklir. Ketika satu per satu reaktor dinonaktifkan, impor bahan bakar fosil mengalami peningkatan. Harga listrik tercatat naik hingga 3 persen.

"Ketika kita menutup 1 pembangkit listrik tenaga nuklir, kita perlu mengaktifkan 10-15 pembangkit berbahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan listrik," jelas Prof Neil yang juga bekerja untuk Kementerian Industri dan Perdagangan Internasional Jepang.

Namun sepertinya bukan hanya Jepang yang membutuhkan nuklir sebagai sumber energi. Bloomberg mencatat, 70 reaktor nuklir saat ini tengah dibangun di seluruh dunia, rekor terbanyak sejak tahun 1989. Hampir dua pertiga di antaranya dibangun di China, India, dan sisanya di kawasan Asia Pasifik.

Beberapa negara termasuk Mesir, Bangladesh, Jordan dan Vietnam tengah mempertimbangkan untuk membangun PLTN pertamanya. Di sisi lain, sejumlah negara termasuk Jerman, Italia, dan Taiwan justru menghentikan pembangunan PLTN sejak terjadinya kecelakaan Fukushima dan bahkan menutup beberapa reaktor yang sudah ada.

(up/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads