Hal ini berdampak pada meningkatnya konsumsi BBM non subsidi yang dimiliki PT Pertamina yaitu Pertamax Cs. Apalagi setelah harga Pertamax Cs turun mengikuti harga minyak dunia.
Apa saja dampak lain dari turunnya harga BBM subsidi? Simak hasil rangkuman detikFinance, Senin (24/11/2014).
Konsumsi Pertamax Melonjak 36%
|
|
Suhartoko mengatakan meningkatnya konsumsi BBM non subsidi sekitar 36% tersebut salah satunya karena disparitas harga yang makin kecil antara BBM subsidi dan BBM non subsidi. Masyarakat berasumsi, lebih baik membeli BBM dengan RON tinggi seperti Pertamax (RON 92) daripada membeli BBM RON 88, dengan selisih harga yang tak berbeda jauh.
"Karena disparitasnya kecil, Premium Rp 8.500 per liter sedangkan Pertamax hanya Rp 9.950 per liter, dengan selisih harga yang tidak terlalu jauh ini masyarakat lebih pilih Pertamax 92 atau 95, karena walau lebih mahal sedikit tapi mendapatkan BBM yang kualitasnya jauh lebih baik," ungkapnya.
Konsumsi Pertamax Mulai Naik Pertengahan Pekan Lalu
|
|
Presiden Jokowi telah menaikkan harga BBM subsidi (Premium dan Solar) mulai Pukul 00.00 WIB, Selasa (18/11/2014), atau telah berlangsung 6 hari yang lalu. Harga bensin premium naik dari Rp 6.500 menjadi Rp 8.500/liter, sedangkan solar naik dari Rp 5.500 menjadi Rp 7.500/liter atau naik Rp 2.000/liter.
Konsumsi Bensin Premium Hanya Turun Tipis
|
|
"Konsumsi BBM subsidi khususnya premium dalam beberapa hari terakhir pasca kenaikan harga turun dari yang biasanya 82.000 kiloliter (KL) per hari, sekarang hanya 77.000 KL per hari (6%)," ujar Senior Vice President Fuel and Markeing Distribution PT Petamina Suhartoko, kepada detikFinance, Minggu (23/11/2014).
Suhartoko mengatakan, turunnya konsumsi BBM premium karena pembelian yang besar-besaran jelang beberapa jam kenaikan harga BBM. Sehingga stok BBM masyarakat di kendaraannya masih tersedia, hingga beberapa hari pasca harga BBM naik.
Kuota BBM Subsidi Tetap Jebol
|
|
"Kenaikan harga BBM memang membuat konsumsi BBM dalam beberapa hari terakhir ini turun, tapi tidak signifikan, sehingga kami perkirakan kuota BBM subsidi jebol, pasti jebol," ujar Senior Vice President Fuel Marketing and Distribution PT Pertamina Suhartoko, kepada detikFinance, Minggu (23/11/2014).
Halaman 2 dari 5











































