"Ini kan nantinya setiap nelayan di Indonesia yang dapat jatah BBM subsidi wajib beli BBM subsidi pakai kartu. Kartunya ATM atau debit, dan salah satunya dikelola oleh BRI," ujar Senior Vice President e-Banking BRI, Imam Subowo ditemui di SPDN Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (25/11/2014).
BRI memperkirakan ada potensi dana triliunan rupiah dari pengelolaan sistem kartu BBM nelayan. Imam memastikan tidak ada tambahan dana setiap transaksi pembelian BBM subsidi oleh nelayan di setiap SPDN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tentunya BRI tidak melihat potensi keuntungan dari mengelola sistem ini. Pasalnya dengan memanfaatkan kartu debit tersebut, artinya Nelayan akan menjadikan kartu tersebut sebagai tabungan, karena setiap nelayan yang berhak mendapatkan BBM subsidi akan dibukakan rekening bank dan diberi kartu debit.
"Nelayan nabung, dananya ngendap. Dana pihak ketika (DPK) dari nelayan ini jumlahnya besar, triliunan rupiah, karena paling tidak nelayan yang berhak dapat BBM subsidi se-Indonesia jumlahnya sekitar 391.000 nelayan," ungkapnya.
Saat ini pihaknya sedang mempersiapkan sistem kartu BBM nelayan dengan sebaik-baiknya, terutama jika ada nelayan yang terdaftar di Jakarta tapi beli BBM-nya di Bali.
"Kita sedang persiapkan matang-matang. Jangan sampai nelayan Jakarta waktu melaut sampai ke Bali mau beli BBM nggak bisa, harus bisa se-Indonesia. Server-nya kita sudah siapkan di Jakarta, jadi ketika ada nelayan beli BBM di Papua secara otomatis datanya masuk pada saat itu juga. Berapa pembeliannya, nama kapalnya, di mana lokasinya, sisa kuotanya berapa dan sebagainya," tutup Imam.
(rrd/ang)











































