Per 1 Desember 2014, harga BBM RON97 di Malaysia turun 9 sen ringgit menjadi 2,46 ringgit atau sekitar Rp 8.600 per liter. Sementara harga BBM RON95, yang setara Pertamax Plus di Indonesia, turun 4 sen ringgit menjadi 2,26 ringgit atau sekitar Rp 7.900 per liter.
"Memang lebih murah dibandingkan di Indonesia," ujar Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Someng saat ditemui di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (1/12/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Indonesia, angkut BBM juga tidak semudah di Malaysia. Kita pakai kapal tanker, kapal biasa, truk tangki, dan jaraknya jauh-jauh," ucap Andy.
Faktor kedua, lanjut Andy, adalah kilang-kilang minyak di Indonesia tidak banyak yang mampu memproduksi BBM dengan kelas di atas Premium yang RON88. Akibatnya, mau tidak mau harus impor yang biayanya lebih mahal.
"Kilang-kilang minyak yang kita miliki saat ini mayoritas memproduksi BBM bersubsidi seperti Premium, minyak tanah, dan Solar. Yang bisa produksi Pertamax hanya kilang Balongan, itu pun jumlahnya tidak terlalu banyak," ungkapnya.
Sementara Malaysia, tambah Andy, punya produksi minyak yang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Berdasarkan catatan US Energy Information Administration, produksi minyak Malaysia tahun lalu adalah 669.530 barel/hari.
Memang lebih rendah dibandingkan Indonesia yang sekitar 825.000 barel/hari. Namun ini sudah tidak memadai karena konsumsi domestik di atas 1 juta barel/hari.
"Artinya sebagian besar Pertamax atau BBM non subsidi kita impor, ya tentunya lebih mahal. Produksi minyak Malaysia cukup untuk dalam negeri, kita sekarang banyak impor," jelas Andy.
(rrd/hds)











































