Faisal Basri Cerita Soal Migas dan Sepakbola

Faisal Basri Cerita Soal Migas dan Sepakbola

- detikFinance
Kamis, 04 Des 2014 12:35 WIB
Faisal Basri Cerita Soal Migas dan Sepakbola
Jakarta - Sektor minyak dan gas bila dikelola dengan baik bakal banyak manfaatnya. Tak hanya di sektor ekonomi, banyak sektor yang bisa didorong oleh migas, seperti olahraga.

Salah satu cara untuk memicu dampak positif dari potensi migas ialah membangun kilang minyak baru.

"Semua pembangunan kilang kandas, dengan alasan nggak ada insentif pajak, marjin tipis. Tapi kenapa seluruh negara lain bangun kilang, sedangkan kita nggak, karena kita lihat sektoral saja. Padahal minyak sebagai tulang punggung pembangunan dan industrialisasi," kata Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Faisal Basri saat menjadi pembicara utama di Kongres Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), Hotel Le Meredien, Jakarta, Kamis (4/12/2014).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila kilang baru dibangun, maka banyak variasi produk turunan migas, seperti produk petrokimia, bisa dihasilkan.

Produk petrokimia ini sangat diperlukan oleh industri-industri manufaktur Indonesia. Namun faktanya, saat ini produk turunan migas ini justru diimpor Indonesia dalam jumlah besar, karena kilang minyak di Indonesia tidak mampu mengolah variasi minyak.

"Jadi efek dari kehilangan peluang bangun kilang memicu pelemahan industri. Sampai tahun lalu saja, plastik kita impor US$ 7,6 miliar. Sesuatu yang nggak perlu terjadi. Bahan kimia organik impor US$ 7 miliar. Devisa disia-siakan," ujarnya.

Akibat produk petrokimia yang mengandalkan impor, maka potensi penyerapan tenaga kerja untuk pengolahan produk petrokimia di dalam negeri rendah. Alhasil, banyak tenaga kerja yang tidak terserap di sektor industri, sebab alur pemrosesan banyak dipotong aktivitas impor.

"Maka sektor industri manufatur kita perannya merosot terus di PDB. Manufaktur hanya serap 14% dari pekerja. Pekerja makin menyemut di sektor informal sampai di trotoar-trotoar karena minimnya perkembangan manufaktur," jelasnya.

Padahal industri yang kuat bisa memicu daya beli masyarakat. Faisal menyebut bisnis olahraga, seperti sepak bola dunia didukung oleh industri. Buruh maupun pekerja pabrik memiliki penghasilan mumpuni untuk membiayai sektor olahraga, karena industrinya yang hidup.

"Hampir seluruh klub sepakbola di dunia ditopang oleh buruh industri. Industri keren, gaji mereka juga keren. Mereka bisa nonton, bayar karcis, dan membeli jersey club favoritnya. Kalau di Indonesia industri nggak jalan, yang nonton bola para bonek (sebutan untuk supoter bola). Mereka nggak mampu beli karcis, datang ke stadion juga nggak mampu sehingga naik di atas bus MetroMini," ujarnya.

Maka ia menilai sudah sewajarnya industri migas dari hulu hingga hilir dikelola dengan manajemen yang baik, agar memberi manfaat besar bagi masyarakat.

"Migas kita kembangkan secara besar bisa hasilkan basis industri luar biasa. Dari hulu sampai industri turunannya," sebutnya.

(feb/dnl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads