Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan, menyebutkan realisasi subsidi BBM tahun lalu tercatat Rp 164,84 triliun. Ini terdiri dari Premium Rp 91,4 triliun, Solar Rp 67,23 triliun, dan minyak tanah Rp 6,21 triliun. Artinya, realisasi subsidi BBM hanya 91,7% dari pagunya.
"Subsidi BBM itu dianggarkan Rp 179,79 triliun dan terealisasi Rp 164 triliun. Penyebabnya antara lain karena pengaruh ICP (harga minyak mentah Indonesia)," kata Bambang dalam konferensi pers di kantornya, Senin (5/1/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"ICP dari US$ 105/barel realisasinya cuma US$ 97/barel. Ini mengurangi anggaran subsidi BBM, tapi juga mengurangi penerimaan," kata Bambang.
Selain itu, tambah Bambang, kenaikan harga BBM jenis Premium dan Solar membantu menekan anggaran subsidi. Pada 18 November 2014, harga Premium dan Solar dinaikkan masing-masing sebesar Rp 2.000/liter.
Sementara kuota BBM bersubsidi yang tahun lalu ditetapkan 46 juta kiloliter (kl) diperkirakan akan terlampaui. Namun kelebihan ini akan ditanggung oleh PT Pertamina (Persero), bukan pemerintah.
"Kelebihan kuota BBM diperkirakan 900.000 KL, hanya sedikit. Itu akan ditanggung oleh Pertamina, pemerintah tidak membayarkan," kata Bambang.
(hds/hen)











































