Ia pun bercerita mengenai proses pencarian bos baru Freeport tersebut. Maroef non aktif dari TNI Angkatan Udara (AU) Juni 2014 lalu setelah bertugas selama 34 tahun.
Sampai saat itu ia tidak pernah bermimpi bisa memimpin perusahaan tambang yang beroperasi di Grasberg, Papua itu. Apalagi, Maroef sama sekali tidak punya latar belakang soal dunia pertambangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cita-cita Maroef sudah kesampaian, yaitu menjadi tentara yang profesional dan mengabdi kepada negara. Maka dari itu, Maroef merasa sudah merasa puas dan pensiun dengan nilai baik.
"Saya tidak pernah melamar ke sini (Freeport), mengajukan surat atau meminta kerja di sini. Saya bukan ahli tambang ataupun akuntan. Saya hanya seorang purnawirawan," ujarnya.
Hal tersebut ia sampaikan langsung kepada James Robert (Jim Bob) Moffett, Komisaris Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc, ketika menawari Maroef memimpin Freeport Indonesia.
"Saya bilang ke Pak Jim, saya tidak punya background. Saya bukan orang tambang. Sementara ini (Freeport) tambang besar. Jim bilang 'Saya tidak peduli, saya butuh kamu'," kata Maroef.
Akhirnya Maroef meminta waktu untuk mempelajari penawaran tersebut. Maroef tidak hanya mempelajari segi bisnis Freeport tapi juga manfaatnya bagi Indonesia dan dunia.
"Saya berpikir ternyata Freeport yang sudah 40 tahun di Indonesia punya komitmen berkelanjutan. Saya juga lihat personalisasi Pak Jim Bob. Dia sangat akrab dan dekat dengan masyarakat setempat, bahkan mungkin lebih tahu dan akrab dengan budaya setempat daripada kita," jelasnya.
Maroef pun berpikir, keberlangsungan dan manfaat Freeport di Indonesia harus berlanjut. Kalau bisa, manfaatnya bagi Indonesia bisa ditingkatkan lagi.
"Akhirnya, yes saya terima pekerjaan itu dengan satu komitmen. Apalagi background antara saya dengan Pak Jim Bob itu sama. Pak Moffett itu bekas tentara, jadi ada nilai-nilai disiplin dan solidaritas, sama dengan saya. Freeport ini harus dijaga dan dikawal," ujarnya.
(ang/ang)











































