Bikin Menteri ESDM Kecewa, Freeport Langsung Kebut Bangun Smelter di Gresik

Bikin Menteri ESDM Kecewa, Freeport Langsung Kebut Bangun Smelter di Gresik

- detikFinance
Kamis, 22 Jan 2015 13:40 WIB
Bikin Menteri ESDM Kecewa, Freeport Langsung Kebut Bangun Smelter di Gresik
Jakarta -

Lambatnya progres pembangunan smelter yang dilakukan PT Freeport Indonesia membuat pemerintah kecewa. Freeport terancam tidak bisa ekspor lagi. Apa kata pihak Freeport?

Presiden Direktur Freeport Maroef Sjamsoeddin mengatakan, pihaknya sudah mendapatkan lahan di Gresik, Jawa Timur sebagai lokasi smelter.

Freeport tahun lalu diberikan izin mengekspor bahan tambang mentahnya (konsentrat), meski dalam UU Mineral dan Batu Bara, ekspor bahan tambang mentah dilarang mulai 2014, sehingga semua perusahaan tambang harus membangun smelter di dalam negeri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah memberikan keringanan bagi Freeport melalui MoU, yang di dalamnya antara lain adalah, Freeport harus membuktikan kesungguhannya membangun smelter di dalam negeri. MoU ini berlaku hingga 24 Januari 2015 ini.

Kenyataannya, sampai sekarang, Freeport belum juga menunjukkan kesungguhan membangun smelter. Tanah untuk lokasi smelter pun tidak ada, dan ini membuat pemerintah kecewa. Freeport terancam tidak bisa melakukan ekspor mulai 25 Januari 2015 ini.

Maroef Sjamsoeddin mengatakan, dirinya sudah mendorong agar pegawai Freeport mempercepat proses pembuatan smelter ini

"Kemarin saya dapat berita lokasi sudah pasti ditentukan," jelas Maroef di kantor Freeport, Kuningan, Jakarta, Kamis (22/1/2015).

Lokasi smelter di Gresik ini bersebelahan dengan pabrik pupuk BUMN, yaitu Petrokimia Gresik. Lalu ada juga smelter milik PT Smelting Gresik, yang sebagian bahan bakunya dipasok oleh Freeport.

Kenapa dipilih Gresik?

"Kami memikirkan nilai tambah. Kebetulan di Gresik berdempetan dengan Petrokimia Gresik yang menghasilkan pupuk. Limbah smelter ada sulfur acid yang dibutuhkan oleh BUMN ini. Daripada mencari ke mana-mana dan impor, kita kerjasama dengan BUMN," papar Maroef.

Meski tempatnya pasti, namun belum ada kepastian kapan smelter akan dibangun, dan bagaimana model bisnis smelter ini.

Lahan untuk smelter di Gresik yang akan dibangun Freeport rencananya mencapai 60 hektar. Selain dekat dengan pabrik pupuk dan smelter lain, lokasi smelter ini juga dekat pelabuhan.

"Smelter baru ini rencananya bisa menghasilkan 2 juta ton konsentrat. Siang ini akan ada MoU dengan Petrokimia Gresik soal smelter ini. Speed harus cepat," kata Maroef.

Dia tidak memberitahu jenis MoU apa yang akan ditandatangani dengan Petrokimia Gresik. Apakah pemanfaatan limbah smelter nanti, atau soal lahan.

Namun saat ditanya status lahan 60 hektar tersebut, pihak Freeport belum memberikan jawaban apakah akan dibeli atau disewa. Diperkirakan investasi smelter ini butuh US$ 2 miliar atau sekitar Rp 24 triliun. Freeport membuka pintu bagi siapa yang mau bekerjasama dalam pembangunan smelter ini.

"Pembangunan smelter tidak bisa dalam waktu singkat. Karena di dalam prosesnya banyak, ada teknologi dan sebagainya. Operasional harus berjalan. Komitmen kami pengembangan industri ada di Papua termasuk smelter tetap dilakukan," papar Maroef.

(dnl/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads