Lalu bagaimana prediksi bisnis batu bara untuk tahun ini? Sekretaris Jenderal Asosiasi Pemasok Energi dan Batu Bara Indonesia (Aspebindo), Ekawahyu Kasih, mencoba memberi penjelasan.
"Ada beberapa faktor yang harus dilihat. Pertama, harga batu bara sudah melemah terus 3 tahun, dari 2012 sampai 2015 pun tidak pernah naik," katanya ketika dihubungi detikFinance, Kamis (12/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"China itu mulai mengerem impor batu bara berkalori rendah dengan menambah berbagai aturan baru yang terkait dengan spesifikasi. Itu salah satu cara mereka mengerem impor. Kalau pakai tariff barrier itu kadang tidak efektif," ujarnya.
Negara lain juga mulai menggenjot produksi dalam negeri supaya tidak lagi tergantung impor batu bara. Selain itu, harga minyak dunia yang anjlok di bawah US$ 50 per barel juga memberi pengaruh.
Pasalnya, selama ini batu bara menjadi sumber energi alternatif yang lebih murah ketika minyak sedang mahal. Nah, ketika harga minyak murah, batu bara pasti tidak akan dilirik.
"Dari situ kita bisa lihat, bahwa industri batu bara di 2015-2016 akan sulit," jelasnya.
Dari data Kementerian ESDM Harga Batubara Acuan (HBA) untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku 1 Januari 2015 hingga 31 Januari 2015 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB vessel) adalah US$ 63,84/Ton.
Sebelumnya, sudah ada perusahaan yang mengumumkan setop produksi batu bara karena stok yang melimpah tapi permintaan rendah. Ekawahyu mengakui, memang sudah ada beberapa perusahaan batu bara yang setop produksi.
"Tahun ini tidak akan lebih baik dari tahun kemarin," ujarnya.
(ang/dnl)











































