Tambang terbuka (open pit) Grasberg masih menjadi andalan produksi PT Freeport Indonesia. Dari produksi ore atau bijih mineral 220.000-240.000 ton per hari, sekitar 70% datang dari Grasberg.
Namun kini Grasberg sudah mulai 'tua'. Pada 2017, tambang yang sudah dioperasikan sejak 1988 ini diperkirakan 'pensiun'.
"Pit Grasberg sedang memasuki masa pensiun. Kegiatan akan menuju ke bawah tanah," kata Wahyu Sunyoto, SVP Geoscience & Techinical Services Division Freeport Indonesia, di komplek Freeport, Timika, Papua, Sabtu (14/2/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cadangannya adalah 176 juta ton. Kandungan setiap ton ore-nya adalah 0,57% tembaga dan 0,71 gram. Tenaga kerja sekitar 1.400," kata Wahyu.
Tambang bawah tanah kedua, tambah Wahyu, adalah Big Gossan. Cadangannya adalah 54 juta ton. Setiap ton ore di tambang ini mengandung 2,26% tembaga dan 0,97 gram emas.
"Tenaga kerjanya adalah 870 orang. Tambang ini mulai berproduksi 2010," tutur Wahyu.
Ketiga, menurut Wahyu, adalah DMLZ. Cadangannya mencapai 526 juta ton. Kandungan di setiap ton ore adalah 0,83% tembaga dan 0,7 gram emas.
Tambang DMLZ diperkirakan baru mulai berproduksi pada 2021. Tenaga kerja di tambang ini bisa mencapai 1.800 orang.
Keempat adalah Grasberg Block Cave yang diperkirakan bisa berproduksi pada kuartal I-2017. Cadangan di tambang ini bisa 999,6 juta ton, di mana setiap ton ore mengandung 1,02% tembaga dan 0,78 gram emas.
"Manpower-nya bisa 2.450 orang. Puncak produksi diperkirakan terjadi pada 2022," ucap Wahyu.
Kelima adalah Kucing Liar. Ada cerita di balik penamaan tambang ini.
"Di eksplorasi minyak ada istilah wild cat (untung-untungan). Karena Pak Jim Bob (James Robert Moffet, Chairman Freeport McMoRan) adalah geolog petroleum, maka diberi nama Wild Cat atau Kucing Liar," jelas Wahyu.
Oleh karena itu, demikian Wahyu, daerah Papua (khususnya Timika) punya masa depan yang tetap cerah. "Intinya, distrik tambang ini masih panjang umurnya," ujar dia.
Nurhadi Sabirin, EVP & General Manager Freeport Indonesia, menambahkan bahwa pihaknya telah berinvestasi sebesar US$ 3 miliar untuk proyek tambang bawah tanah. Itu akan terus berlanjut.
"Tiap tahun kita akan lanjutkan US$ 1,2 miliar per tahun. Itu sampai 2021," kata Nurhadi. (hds/ang)











































