Smelter di Papua Bukan Bikininan Freeport, Tapi Investor Lain

Smelter di Papua Bukan Bikininan Freeport, Tapi Investor Lain

- detikFinance
Senin, 16 Feb 2015 08:29 WIB
Smelter di Papua Bukan Bikininan Freeport, Tapi Investor Lain
Timika - Dua menteri Kabinet Kerja yaitu Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono blusukan ke Papua akhir pekan lalu. Ada sejumlah hal yang menjadi hasil blusukan tersebut.

"Hari ini tercapai kesepakatan penting, bukan hanya soal Freeport tapi pembangunan kawasan. Kami sepakat mengangkat isu Freeport dan smelter bukan isu politik, tapi ekonomi dan pembangunan," kata Sudirman kemarin.

Beberapa kesepakatan yang tercapai antara lain Freeport dan pemerintah sepakat rencana membangun smelter di Papua. Menjadi catatan, ini adalah bagian dari pembangunan smelter nasional. Yang dibangun adalah fasilitas nasional.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu smelter merupakan bagian dari pembangunan kawasan industri yang dikembangkan pemerintah daerah, baik Provinsi Papua maupun Kabupaten Mimika. Kementerian PUPR akan mendukung upaya penyiapan kawasan dan mencocokkan rencana tata ruang nasional.

Berikut fakta-fakta mengenai smelter tersebut, seperti dirangkum detikFinance, Senin (16/2/2015).

Tidak Dibangun oleh Freeport

Smelter akan dibangun oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Papua yang bekerja sama dengan investor.

Menteri ESDM Sudirman Said menjelaskan hal ini. Menurut dia, keputusan ini sudah menguntungkan bagi semua pihak.

"Freeport sudah punya smelter di Gresik (PT Smelting, yang 25% sahamnya dimiliki Freeport Indonesia), sementara masyarakat Papua minta ada smelter di sana. Kalau Freeport dibebankan di 2 tempat menjadi kurang ekonomis," jelas Sudirman.

Pemerintah daerah, lanjut Sudirman, kebetulan berminat juga membangun smelter. Kebetulan pula ada investor asing yang berminat.

Freeport Hanya Pasok Konsentrat

PT Freeport Indonesia sepakat untuk memasok konsentrat emas, perak, dan tembaga ke fasilitas pengolahan barang tambang (smelter) yang akan dibangun pemerintah daerah Papua bersama investor swasta. Hal ini bisa mengatasi masalah pasokan konsentrat nasional.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Maβ€Žroef Sjamsoeddin mengatakan pembangunan smelter di Papua bisa menjawab tantangan yang saat ini terjadi. Smelter yang ada di Gresik (Jawa Timur) akan kesulitan bila beroperasi sendirian.

"Kapasitas yang ada saat ini di Gresik baru 40%, sekitar 1 juta ton yang tertampung. Untuk proyek underground kami saja produksinya sudah sekitar 2 juta ton. Kita bicara bukan hanya Freeport, tetapi ada Newmont dan lain-lain," kata Maroef kemarin.

Maroef mengatakan akan ada pembicaraan dengan pemda seputar pasokan konsentrat. "Nanti akan kami bicarakan lebih lanjut bagaimana Freeport Indonesia melakukan business supply konsentrat," ujarnya.

Investor dari Tiongkok

Eltinus β€ŽOmaleng, β€ŽBupati Mimika, mengungkapkan sudah ada sejumlah investor yang tertarik bekerja sama dengan pemda untuk membangun smelter.

"Ada dari Tiongkok dan Amerika Serikat," ujar Eltinus kemarin.

Lukas Enembe, Gubernur Papua, mengatakan akan ada tim yang dibentuk untuk menyeleksi para calon investor. "Harus investor yang punya kemampuan," tegasnya.

Menurut Lukas, pemda Papua sudah siap dengan rencana pengembangan kawasan industri terintegrasi. Pemda juga siap bila harus menyiapkan lahan, bahkan dana.

"Perencanaan sudah siap, tinggal ada tim untuk menyeleksi investor yang punya kapasitas dan kemampuan. Lahan siap, uang juga kita persiapkan," jelas Lukas.β€Ž
Halaman 2 dari 4
(ang/ang)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads