Menteri ESDM Sudirman Said mencontohkan soal listrik. Kebutuhan listrik di Indonesia masih kurang, dan Indonesia terancam krisis listrik karena pertumbuhan pasokan tidak mencukupi.
Sudah lama, pro dan kontra soal pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bergulir di Indonesia. Sudirman mengatakan, nuklir merupakan satu-satunya cara cepat untuk memenuhi kebutuhan listrik yang besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam acara tersebut, Sudirman mengungkapkan soal pengelolaan energi di Indonesia yang harus diperbaiki. Saat energi fosil di dalam negeri menipis, Indonesia terlambat untuk mengembangkan energi baru alternatif.
"Secara fiskal 10 tahun terakhir, APBN kita keluarkan Rp 1.600 triliun untuk energi fosil. Ketika resources turun cepat dan belum ada energi baru, APBN kita tak cukup serius alokasikan jumlah yang cukup baik untuk energi baru. Jadi bagaimana mendukung kebijakan energi dan aspek fiskal nasional," ujar Sudirman.
Belum lagi, infrastruktur migas di Indonesia belum bagus, terutama infrastruktur di sisi hilir. Puluhan tahun, Indonesia tidak membangun infrastruktur migas yang memadai, bahkan ketika masih surplus produksi minyak.
Kondisi ini membuat Indonesia terhantam 2 kali, saat produksi minyak minus atau berkurang. Indonesia terhantam impor BBM dan impor kapasitas, alias tempat penyimpanan, karena tangki yang tidak cukup di dalam negeri.
"Sebetulnya kalau kita cukup serius, ahli kita cukup, orang pintar yang paham sangat banyak untuk membuat perencanaan," jelas Sudirman.
Sudirman juga membahas soal energi baru biofuel yang tidak berkembang di Indonesia, karena selama ini kurang serius untuk didorong. Dia mengajak semua ahli energi di DEN untuk membuat konsep energi yang kuat untuk Indonesia ke depan.
"Ada sindrom kita ingin memelihara kekeliruan dari waktu ke waktu. Jadi kalau sudah salah, salah terus, takut dikatakan salah. Makanya sekarang kalau ada asumsi yang salah di masa lalu, munculkan saja asumsi baru. Supaya ada waktu mengoreksinya. Agar ada gagasan yang lebih realistis. Ada juga sedikit melupakan persoalan sekarang. Sekarang banyak hambatan. Makanya ketika ada rencana jangka panjang, di situ visi kita," papar Sudirman.
(dnl/hen)











































