"Sebenarnya yang kami usulkan untuk dihapus itu bukan Premium, karena Premium adalah merek. Namun yang kami usulkan dihapus adalah bensin RON 88," kata Anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Agung Wicaksono dalam diskusi Energi Kita di Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (19/4/2015).
Menurut Agung, setidaknya ada 2 alasan mengapa bensin RON 88 harus hilang. Pertama adalah neraca perdagangan Indonesia harus diperbaiki. Impor BBM yang tinggi, terutama bensin RON 88, harus mulai dikurangi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan kedua, lanjut Agung, adalah impor bensin RON 88 yang sarat 'permainan'. "Pemburu rente memiliki kedekatan pada pengambil keputusan, itu jadi terdistorsi," tegasnya.
Tim Reformasi sendiri mengusulkan waktu 2 tahun agar Pertamina menghapus RON 88. Waktu 2 tahun ini diputuskan setelah mempertimbangkan beberapa hal.
Pertama adalah menghabiskan impor RON 88 yang telah dilakukan oleh anak usaha Pertamina, Pertamina Energy Services Pte Ltd alias Petral. "Akhir tahun kemarin, Petral melakukan cuci gudang untuk impor 6 bulan ke depan," ujarnya.
Kedua, demikian Agung, adalah mempersiapkan kilang Pertamina agar bisa memproduksi BBM sekelas minimal RON 92 lebih banyak.
"Jadi ada pengalihan kilang dari RON 88 menjadi RON 92. Itu mengapa perlu 2 tahun," ucapnya.
(zul/hds)