"Untuk membuat Pertalite, kita menggunakan nafta yang memiliki RON 65-70, agar RON-nya jadi RON 90 kita campurkan HOMC, HOMC ini bisa dibilang ya Pertamax, campurannya HOMC yang RON-nya 92-95, plus zat aditif EcoSAVE biar tambah halus, bersih dan irit. Pokoknya ketiga bahan ini campur-campurin sampai pas RON 90," ungkap Direktur Pemasaran PT Pertamina Ahmad Bambang di rapat dengan Komisi VII DPR, Rabu (22/4/2015).
Bambang mengatakan, untuk saat ini, pasokan nafta berasal dari produksi dalam negeri, bahkan sebelumnya produksi nafta yang mencapai 400.000 barel per bulan tidak dimanfaatkan dan harus diekspor ke luar negeri terutama ke Jepang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengakui, di Jepang nafta ini justru dapat diolah menjadi Pertamax (RON 92 dan 95), namun di Indonesia belum bisa dilakukan karena kurangnya infrastruktur khususnya kilang.
"Kita punya proyek RFCC (Residual Fluid Catalytic Cracking) di Kilang Cilacap yang dapat mengolah nafta menjadi Pertamax, sebenarnya proyek ini sudah ada sejak 2010, namun baru selesai pengerjaanya dan siap operasional pada pertengahan tahun ini," tutup Bambang.
(rrd/hen)