Indonesia memiliki stok ahli nuklir yang cukup banyak. Namun hingga usia mereka memasuki purnabakti alias pensiun, ilmu yang dimiliki tidak termanfaatkan. Karena sampai saat ini, belum ada keinginan pemerintah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
"Karnaa putus asanya mereka, mereka buat paguyuban PLTN. Bahkan ada anggota mereka yang masih kerja di International Atomic Energy Agency (IAEA) Wina, Austria. Mereka menyurati Pak Presiden Jokowi agar pemerintahan mulai membangun PLTN," kata Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana, kepada detikFinance, Jumat (8/5/2015).
Rida mengatakan, para ahli nuklir Indonesia ini meminta, paling tidak Indonesia bisa membangun PLTN yang kapasitasnya kecil ,agar ilmu yang didapatkan dari sekolah di luar negeri yang dibiayai negara termanfaatkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rida menambahkan, pihaknya sudah menghitung berapa biaya yang akan dibutuhkan untuk membangun PLTN mini berkapasitas 100 megawatt (MW). Rida memastikan negara punya uangnya. Namun, semua keputusan ada di tangan Presiden.
"Saya sudah hitung, kira-kira butuhnya sekitar Rp 3,5 triliun untuk kapasitas 100 MW, ada dananya itu, tahun depan saja kita Kementerian ESDM dianggarkan Rp 25 triliun. Tapi semua tergantung Presiden," tutupnya.
(rrd/ang)











































