Pada zaman BJ Habibie menjadi Menteri Negara Riset, dan Teknologi 1983, puluhan putra-putri terbaik Indonesia disekolahkan ke luar negeri untuk menjadi ahli-ahli nuklir. Namun hingga usia mereka mendekati masa pensiun, Indonesia tak punya satu pun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Bagaimana cerita para ahli nuklir tersebut?
"Saya salah satu yang disekolahkan, waktu zaman Pak Habibie," kata Djarot Sulistio Wisnubroto, kepada detikFinance, Senin (11/5/2015).
Djarot yang menyandang gelar Profesor lulusan Universitas Tokyo, Jepang ini, merupakan salah satu ahli rekayasa terbaik yang dimiliki Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari program tersebut, banyak yang lulus sebagai doktor hingga profesor di bidang nuklir. Sebagian besar lulus pada 1993-1994.
"Artinya ahli-ahli nuklir yang dimiliki Indonesia dari program Pak Habibie, tinggal beberapa tahun lagi akan pensiun, termasuk saya," katanya.
Apakah bagi Djarot sia-sia menuntut ilmu sekian lama, karena tak ada satu pun PLTN yang terbangun di Indonesia?
"Tidak ada yang sia-sia setiap ilmu yang kita dapat, punya PLTN itu harapan dari program sekolah tersebut, itu cita-citanya kelak di Indonesia ada PLTN," kata Djarot yang saat ini menjadi Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
(rrd/dnl)