Faisal Basri, mantan Ketua Tim Reformasi dan Tata Kelola Migas mengatakan, daripada membangun kilang, lebih baik Indonesia mengimpor langsung namun membangun storage atau tangki cadangan BBM yang banyak.
"Saya bilang, kalau bangun kilang sekarang berbahaya kalau pakai pendekatan Pertamina. Karena Pertamina bilang, akan bangun kilang stand alone (sendiri) yang marginnya kecil. Kilang itu harus terintegrasi dengan industri petrokimia. Ada olefin, ada aromatik, kemudian ada macam-macam turunannya yang menghasilkan produk petrokimia yang ke industri plastik sampai parasetamol. Jadi kalau stand alone, lupakan deh. Cuma buang-buang uang," tutur Faisal di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu malam (20/5/2015).
Jadi, kata Faisal, agar pembangunan kilang menguntungkan dan tidak merugikan Pertamina, harus diintegrasikan dengan industri petrokimia. Pembangunan kilang ini memakan uang besar.
Bayangkan, proyek pembangunan kilang minyak baru di Bontang, Kalimantan Timur saja memakan biaya hingga Rp 108 triliun.
"Dikaitkan dengan kedaulatan atau kemandirian minyak juga tidak terkait dengan kilang. Kita punya kilang, lalu satu kilang kita mati, kalau tidak punya storage, tidak punya cadangan kita lebih bahaya tidak punya storage daripada tidak punya kilang. Kalau kita punya storage, kita bisa beli banyak-banyak pada saat harga murah. Waktu harga mahal kita nggak beli dulu," papar Faisal.
(Wahyu Daniel/Rista Rama Dhany)











































