"Jadi di dalam tabung elpiji, ada gas yang disebut vapor. Gas ini tidak bernilai dan memang sengaja dimasukkan di dalam tabung sebagai gas pendorong saja," kata Vice Presiden Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro, ditemui di Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE) Klender, Jakarta Timur, Jumat (29/5/2015).
Wianda menjelaskan, gas vapor tersebut bukan merupakan elpiji, karena vapor tidak bisa dibakar.
"Itu yang gas sisa di tabung bukan elpiji, tapi gas vapor yang tidak bisa dibakar," ucapnya.
Namun, ia mengakui, keberadaan vapor ini dikira masyarakat Pertamina telah berbuat curang, karena merasa gas yang ada dalam tabung elpiji belum benar-benar habis.
"Ini kan yang dikira masyarakat kita (Pertamina) curang, artinya, ketika elpiji habis terpakai, gas vapor ini masih sisa di dalam tabung. Jadi masyarakat mikirnya kita curang ada gas yang masih sisa, kemudian dimanfaatkan kita, itu tidak benar," tegasnya.
Ia menambahkan, jumlah gas vapor dalam setiap tabung, jumlahnya berbeda-beda, sehingga berat tabung juga berbeda-beda.
"Jumlah vapor yang dimasukkan ke tabung berbeda-beda. Tapi setiap elpiji yang kita masukkan ke dalam tabung, jumlahnya pasti sama, baik itu 3 kg, maupun 12 kg," tutup Wianda.
(Rista Rama Dhany/Angga Aliya)