Hal tersebut diungkapkan Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu bara Kementerian ESDM, Adhi Wibowo, ditemui di sela-sela acara halal bi halal di Direktorat Jenderal Minerba Kementerian ESDM, Jalan Soepomo, Jakarta Selatan, Rabu (22/7/3015).
"Batu bara low range (kalori rendah), kita market leader, paling besar ya Indonesia. Tapi kenapa harga acuan bukan kita yang bikin," kata Adhi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adhi mengatakan, agar Indonesia menjadi acuan harga batu bara terutama yang memiliki kalori rendah, pihaknya saat ini menyusun formula harga yang baru, salah satunya berpatokan pada harga yang ditetapkan produsen-produsen batu bara terbesar di Indonesia.
"Harga Batu Bara Acuan (HBA) kita sedang rancang formula harga yang pas, masih diproporsi dengan 3 produsen lain. Market leader dong mestinya, harusnya benchmark-nya Indonesia," ujar Adhi.
Sampai saat ini, Harga Batu Bara Acuan berpatokan pada Indonesia Coal Index, Platts Index, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index.
Seperti HBA untuk penjualan langsung (spot) yang berlaku tanggal 1 Juni 2015 hingga 30 Juni 2015 pada titik serah penjualan secara Free on Board di atas kapal pengangkut (FOB Vessel) adalah US$ 59,59/Ton.
HBA Juni 2015 turun sebesar US$ 1,49 atau turun 2,4% dibandingkan dengan HBA Mei 2015 US$ 61,08. Bila dibandingkan dengan HBA bulan yang sama pada tahun 2014 (year on year) yaitu Juni 2014 US$ 73,64. Maka HBA Juni 2015 turun sebesar US$ 14,05 atau turun 19%.
(rrd/dnl)











































