Panas bumi sendiri disebut sebagai harta karun energi, hanya memanfaatkan uap panas bisa menghasilakan listrik hingga 100 tahun lebih.
"Kita dianugeragi 150 ribu gunung aktif. Pasti di situ ada magma. Itulah yang menjadi sumber panas bumi, yang dipakai di (pembangkit listrik) Kamojang, Lahendong, dan sebagainya," tutur Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Kementerian ESDM Rida Mulyana, dalam disuksi Energius Day 2015 di Umar Ismail Hall Theatre, Jakarta, Jumat (15/8/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pemanfaatan panas bumi, Indonesia pun masih kalah dari negara tetangga, yaitu Filipina, yang total potensi panas buminya hanya 6.000 MW. Filipina sudah berhasil memanfaatkan hingga hampir sepertiga potensi panas buminya, kapasitas terpasang panas bumi di negara itu sudah mencapai 1.900 MW.
Selain Filipina, Amerika Serikat (AS) yang potensi panas buminya juga kalah jauh dari Indonesia pun memiliki kapasitas terpasang PLTP lebih besar dari Indonesia, yakni mencapai 4.000 MW. Pencapaian tersebut menjadikan AS sebagai negara terdepan dalam pemanfaatan panas bumi, sedangkan Filipina di peringkat kedua, dan Indonesia hanya duduk di posisi ketiga.
Menurut Rida, ketertinggalan Indonesia ini sungguh merupakan ironi. Karena itu, dirinya bertekad untuk menjadikan Indonesia juara di bidang pengembangan panas bumi. Dia menargetkan Indonesia dapat menikung Filipina 2 tahun lagi, dan AS 4 tahun lagi, sehingga Indonesia bisa nomor wahid dalam hal pengembangan panas bumi. Dengan kata lain, pembangunan PLTP dikebut hingga 4.000 MW dalam 4 tahun ke depan.
"Sekarang kita peringkat 3 pengguna panas bumi, tapi 2 tahun lagi kita nomor 2. 4 tahun lagi nomor 1, Amerika akan kita salip," tandasnya.
Pengembangan energi terbarukan, sambungnya, harus dikebut untuk menekan konsumsi energi fosil, terutama minyak bumi, yang cadangannya di Indonesia sudah makin menipis, hanya tinggal 10 tahun lagi.
Berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang disusun pemerintah, penggunaan energi terbarukan, termasuk panas bumi, akan ditingkatkan dari saat ini 6% menjadi 23% pada 2025. Adapun penggunaan minyak bumi ditarget turun dari saat ini 49% menjadi hanya 23% pada 2025.
"Ini suatu tantangan. Tapi kita harus bisa agar Indonesia jaya," tutup Rida.
(rrd/rrd)











































