Waduk Warisan Soeharto di Jawa Tengah Ini Juga 'Sekarat'

Waduk Warisan Soeharto di Jawa Tengah Ini Juga 'Sekarat'

Arbi Anugrah - detikFinance
Selasa, 25 Agu 2015 17:29 WIB
Foto: ilustasi
Jakarta - Tak hanya Waduk Saguling di Bandung, Jawa Barat, satu lagi waduk yang dibangun di zaman Presiden Soeharto atau pada 1988 yakni Waduk Mrica, Banjarnegara, Jawa Tengah sedang 'sekarat'. Karena tingkat sedimentasi yang tinggi membuat waduk makin dangkal.

Pendangkalan tersebut akibat dari sedimentasi yang terbawa dari Sungai Serayu yang membentang dari Wonosobo hingga Cilacap Jawa Tengah.

"Sedimentasi dari Sungai Serayu yang terbawa dan menumpuk di Waduk Mrica sangat tinggi, 4.2 juta meter kubik per tahun itu sangat tinggi sekali. 2 bulan kemarau saja sawah sudah terlihat di waduk, masa di tengah waduk adanya sawah bukan air. Jadi perkiraan saya 6 tahun lagi (waduk) sudah jadi sawah semua," kata Wakil Bupati Banjarnegara Hadi Supeno, kepada wartawan di Balai Budaya Banjarnegara, Selasa (25/8/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Waduk yang juga dikenal dengan Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman, ini juga memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Listrik yang dihasilkan mencapai 180 megawatt (MW) dan masuk ke jaringan transmisi Jawa-Bali.

Dengan tingginya tingkat sedimentasi dari sungai Serayu yang menumpuk di Waduk Mrica, membuat pemerintah Banjarnegara mengusulkan agar sedimentasi yang ada di waduk dapat dikeruk. Namun untuk dapat mengeruk waduk sama saja memerlukan biaya seperti membuat waduk baru.

"Dikeruk saja, katanya biaya mahal ya dicarikan saja uangnya. Tapi berapapun biayanya pasti ada nilai strategis dari biaya energi dan ketahanan pangan, kalau bicara ketahanan pangan ujungnya waduk, lalu soal irigasi air. Dari pada membuat waduk baru belum jelas kenapa yang sudah ada tidak di revitalisasi," ungkapnya.

Dari pengamatannya sekitar 6 tahun lagi Waduk Panglima Besar Jenderal Soedirman akan menjadi kenangan. Upaya refitalisasi yang dilakukan pemerintah Banjarnegara dari hulu sungai Serayu dengan melakukan penguatan tanah, melakukan konservasi di hulu sungai guna mengembalikan kondisi sungai.

"Saat ini, kami terus melakukan konservasi di sekitar daerah aliran sungai. Khusus untuk Dieng, kami mencoba agar mulai ditanami tanaman keras seperti ecaliptus dan kopi arabica. Namun, harus kami akui, ini butuh waktu yang lama untuk menyadarkan masyarakat akan dampak sedimentasi," jelasnya.

(arb/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads