Di pulau terluar Maluku ini dibangun 2 buah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yaitu PLTD Bomaki dan PLTD Tutukembong. PLTD Bomaki yang berkapasitas 3 x 1.000 KW terletak di Desa Bomaki, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat.
Sedangkan PLTD Tutukembong 4 x 500 KW berada di Desa Tutukembong, Kecamatan Nirun Mas, Kabupaten Maluku Tenggara. Mulai tanggal 25 Agustus 2015 kedua PLTD sudah beroperasi penuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"15 desa di Tutukembong di 2 kecamatan kita listriki dengan adanya PLTD Tutukembong, tadinya belum kita listriki. Dari PLTD Bomaki ada tambahan 1 desa yang tadinya belum terlistriki," kata Awat saat berbincang dengan detikFinance di PLTD Bomaki, Maluku, Selasa (25/8/2015).
Dengan terlistrikinya 16 desa tersebut, kini rasio elektrifikasi di Pulau Saumlaki sudah mendekati 100%. Tinggal 2 desa lagi yang belum mendapat aliran listrik dari PLN. "Rasio elektrifikasi tadinya kurang lebih 60-70 %, sekarang jadi 90% dengan adanya listrik perbatasan ini. Masih ada 2 desa belum terlistriki di Saumlaki, tinggal bangun jaringan ke sana," ucapnya.
Awat menjelaskan, tambahan pasokan listrik dari kedua PLTD tersebut membuat PLN kini tak perlu lagi menyewa genset untuk melistriki Pulau Saumlaki. Sebelumnya PLN harus menyewa 4 genset dengan daya 1,5 MW karena PLN hanya mampu memasok 1,7 MW, sementara beban puncak di Pulau Saumlaki mencapai 3 MW. "Dengan beroperasinya pembangkit ini, genset sewa langsung kita stop. Tentu lebih hemat," tukasnya.
Kini PLN mampu memasok listrik hingga 4,8 MW, jauh lebih tinggi dari beban puncak. Pulau Saumlaki pun boleh dinyatakan bebas dari 'byar pet' alias pemadaman bergilir. "Tadinya kita kritis, kapasitas mesin sama dengan beban puncak. Sekarang kita sudah surplus. Jika salah satu pembangkit dilakukan pemeliharaan, pembangkit yang lain bisa mengcover sehingga tidak terjadi gangguan," tutur Awat.
Listrik dari PLN ini, sambungnya, sangat bermanfaat bagi penduduk 16 desa yang baru saja mendapat sambungan listrik. Memang ada sebagian penduduk yang mendapat listrik dari genset. Namun, biaya listrik dari genset sangat mahal, dalam sebulan bisa mencapai Rp 3 juta, sementara dengan listrik dari PLN penduduk hanya menghabiskan kurang lebih Rp 200 ribu per bulan.
"Kalau pakai genset sendiri itu 1 penduduk bisa menghabiskan Rp 3 juta per bulan. Kalau pakai listrik PLN per bulan hanya bayar Rp 200.000," Awat mengungkapkan.
Setiap tahun, pelanggan baru listrik PLN di Area Tual bertambah 9.000 pelanggan. Dengan adanya tambahan 2 PLTD, Awat berharap semakin banyak penduduk pulau terluar yang dapat menikmati listrik PLN. Apalagi biaya penyambungan digratiskan oleh PLN. "Dengan adanya program listrik perbatasan ini bisa lebih lagi yang mendapat manfaat (listrik PLN)," pungkasnya.
(rrd/rrd)