"Iya memang ada. Tapi ini cuma 1 orang. Dia bilang ini lokasi tidak tepat dan sebagainya," kata Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir ditemui di lokasi proyek, Jumat (28/8/2015).
"Tapi 1 orang ini hanya satu bidang, kalau dibanding luas bidang tanah yang 220-an hektar itu kan nggak masuk akal. Asumsi saya sih ini cuma persaingan bisnis, jadi bukan hal yang benar-benar bisa diperkarakan," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kan kepentingan negara itu tidak boleh terganggu hanya karena kepentingan 1 orang. Ini nggak boleh dikalahkan kepentingan negara. Apakah kalau 1 orang ini akhirnya menang misalnya, lalu 3 tahun kemudian PLTU ini nggak jadi terbangun. Apa dia siap tanggung jawab kalau jawa mati lampu 3 tahun lagi? Jadi ini tetap jalan," ujarnya.
Pembangkit berkapasitas 2x1.000 MW ini Sofyan perkirakan bisa mengaliri hingga ratusan ribu rumah tangga. Kebutuhan listrik Indonesia saat ini sudah sangat besar, tidak sebanding dengan pasokannya.
Pembangunan PLTU terbesar di ASEAN ini akan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini. Jokowi akan didampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
PLTU ini dibangun dan dikelola oleh PT Bimasena Power Indonesia, yang merupakan perusahaan patungan dari konsorsium J-Power, Itochu, danโ Adaro.
Kebutuhan dana investasi untuk membangun PLTU ini diperkirakan mencapai US$ 4 miliar, atau Rp 56 triliun. PLTU berdiri di atas lahan seluas 226 hektar di 3 desa, yakni Ujungnegoro, Karanggeneng, dan Ponowareng.
(ang/ang)











































